Dua Keinginan

. Minggu, 30 Maret 2008
0 komentar

Di keheningan malam, Sang Maut turun dari hadirat Tuhan menuju ke bumi. Ia terbang melayang-layang di atas sebuah kota dan mengamati seluruh penghuni dengan tatapan matanya. Ia menyaksikan jiwa-jiwa yang melayang-layang dengan sayap-sayap mereka, dan orang-orang yang terlena di dalam kekuasaan sang lelap.

Ketika rembulan tersungkur kaki langit, dan kota itu berubah warna menjadi hitam legam, Sang Maut berjalan dengan langkah tenang di tengah pemukiman -- berhati-hati tidak menyentuh apapun -- sampai tiba di sebuah istana. Dia masuk dan tak seorang pun kuasa menghalangi. Dia tegak di sisi sebuah ranjang dan menyentuh pelupuk matanya, dan orang yang tidur itu bangun dengan ketakutan.

Melihat bayangan Sang Maut di hadapannya, dia menjerit dengan suara ketakutan, "Menyingkirlah kau dariku, mimpi yang mengerikan! Pergilah engkau makhluk jahat! Siapakah engkau ini? Dan bagaimana mungkin kau masuk istana ini? Apa yang kau inginkan? Minggatlah, karena akulah empunya rumah ini. Enyahlah kamu, kalau tidak, kupanggil para budak dan para pengawal untuk mencincangmu menjadi kepingan!"

Kemudian Maut berkata dengan suara lembut, tapi sangat menakutkan, "Akulah kematian, berdiri dan membungkuklah kepadaku."

Dan si kaya berkuasa itu bertanya, "Apa yang kau inginkan dariku sekarang, dan benda apa yang kau cari? Kenapa kau datang ketika pekerjaanku belum selesai? Apa yang kau inginkan dari orang kuat seperti aku? Pergilah sana, carilah orang-orang yang lemah, dan ambillah dia! Aku ngeri oleh taring-taringmu yang berdarah dan wajahmu yang bengis, dan mataku bergetar menatap sayap-sayapmu yang menjijikan dan tubuhmu yang memuakkan."

Setelah diam beberapa saat dan tersadar dari ketakutannya, ia menambahkan, "Tidak, tidak, Maut yang pengampun, jangan pedulikan apa yang telah kukatakan, karena rasa takut membuat diriku mengucapkan kata-kata yang sesungguhnya terlarang. Maka ambillah emasku seperlunya atau nyawa salah seorang dari budak, dan tinggalkanlah diriku... Aku masih memperhitungkan kehidupan yang masih belum terpenuhi dan kekayaan pada orang-orang yang belum terkuasai. Di atas laut aku memiliki kapal yang belum kembali ke pelabuhan, dan pada hasil bumi yang belum tersimpan. Ambillah olehmu barang yang kau inginkan dan tinggalkanlah daku. Aku punya selir, cantik bagai pagi hari, untuk kau pilih, Kematian. Dengarlah lagi : Aku punya seorang putra tunggal yang kusayangi, dialah biji mataku. Ambillah dia juga, tapi tinggalkan diriku sendirian."

Sang Maut itu menggeram, engkau tidak kaya tapi orang miskin yang tak tahu diri. Kemudian Maut mengambil tangan orang itu, mencabut kehidupannya, dan memberikannya kepada para malaikat di langit untuk memeriksanya.

Dan maut berjalan perlahan di antara orang-orang miskin hingga ia mencapai rumah paling kumuh yang ia temukan. Ia masuk dan mendekati ranjang di mana tidur seorang pemuda dengan kelelapan yang damai. Maut menyentuh matanya, anak muda itu pun terjaga. Dan ketika melihat Sang Maut berdiri di sampingnya, ia berkata dengan suara penuh cinta dan harapan, "Aku di sini, wahai Sang Maut yang cantik. Sambutlah ruhku, impianku yang mengejawantah dan hakikat harapanku. Peluklah diriku, kekasih jiwaku, karena kau sangat penyayang dan tak kan meninggalkan diriku di sini. Kaulah utusan Ilahi, kaulah tangan kanan kebenaran. Jangan tinggalkan daku."

"Aku telah memanggilmu berulang kali, namun kau tak mendengarkan. Tapi kini kau telah mendengarku, karena itu jangan kecewakan cintaku dengan peng-elakan diri. Peluklah ruhku, Sang Maut terkasih."

Kemudian Sang Maut meletakkan jari-jari lembutnya ke atas bibir yang bergetar itu, mencabut nyawanya, dan menaruhnya di bawah sayap-sayapnya.

Ketika ia naik kembali ke langit, Maut menoleh ke belakang -- ke dunia -- dan dalam bisikan ia berkata, "Hanya mereka yang di dunia mencari Keabadian-lah yang sampai ke Keabadian itu."

(dari "Kelopak-Kelopak Jiwa" - Gibran Khalil Gibran)

Read More..

Kimia Kebahagiaan

.
0 komentar

Panduan hidup zuhud yang sangat disukai kaum sufi --dijelaskan oleh Al-Ghazali-- diberi judul Kimia Kebahagiaan. "Ketahuilah, bahwa manusia tidak diciptakan secara main-main atau sembarangan. Ia diciptakan dengan sebaik-baiknya dan demi suatu tujuan agung. Meskipun bukan merupakan bagian Yang Kekal, ia hidup selamanya; meski jasadnya rapuh dan membumi, ruhnya mulia dan bersifat ketuhanan. Ketika, dalam tempaan hidup zuhud, ia tersucikan dari nafsu jasmaniah, ia mencapai tingkat tertinggi; dan sebaliknya, dari menjadi budak nafsu angkara, ia memiliki sifat-sifat malaikat. Dengan mencapai tingkat ini, ia temukan surganya di dalam perenungan tentang Keindahan Abadi, dan tak lagi pada kenikmatan-kenikmatan badani. Kimia ruhaniah yang menghasilkan perubahan ini dalam dirinya, seperti kimia yang mengubah logam rendah menjadi emas, tak bisa dengan mudah ditemukan."

Read More..

Umar Bin Khathab Masuk Islam

.
0 komentar

Dahulu 'Umar bin Al Khaththab adalah seorang pemuda yang kuat. Dulu ia mengganggu kaum muslimin. Namun, di balik sikap kerasnya yang tampak ini, sebenarnya tersembunyi rasa kasih sayang dan simpati terhadap para sahabat.

Alkisah ada seorang wanita muslimah akan berhijrah. Ia hendak berhijrah ke Habasyah. Ia mendapat kabar bahwa 'Umar menghadangnya. Ketika itu wanita itu ada di atas tunggangannya.Umar berkata: "Tunggangan ini hendak dibawa pergi wahai Ummu Abdillah?".

Ia menjawab: "Ya, demi Allah! Kami benar-benar akan keluar, menuju bumi Allah. Kalian telah mengganggu dan menyusahkan kami, sehingga Allah menjadikan jalan keluar bagi kami."

'Umar berkata: "Semoga Allah memberikan kebaikan padamu di waktu pagimu."

Wanita itu berkisah: ''Aku melihat 'Umar memiliki rasa belas kasih, yang belum pernah kulihat sebelumnya. Kemudian ia beranjak pergi. Menurutku hijrah kami ke Habasyah telah membuatnya sedih."

Kemudian tampaklah bahwa persangkaan wanita itu benar. Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasalam telah berdoa kepada Allah agar Allah menolong Islam dengan 'Umar.

Ketika itu beliau berdo'a: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan salah satu yang lebih Engkau cintai di antara dua orang ini. Dengan Abu Jahal atau dengan 'Umar bin Al Khaththab. "

Maka Allah kabulkan doa beliau. 'Umar masuk Islam. Kemudian Islam menjadi kuat dengannya. Setelah keislaman 'Umar, kaum muslimin dapat sholat di Masjidil Haram. Padahal sebelumnya mereka tidak mampu melakukannya. Hamzah dan 'Umar masuk Islam di tahun keenam kenabian.

Read More..

Malu pada Allah SWT

. Sabtu, 29 Maret 2008
0 komentar

Umar bin Ubaidullah bin Ma’mar melewati seorang laki-laki hitam sedang makan di sebuah kebun. Di depannya terdapat seekor anjing. Jika dia makan satu suapan, dia melemparkan satu suapan pula kepada anjing tersebut.

Umar bertanya, “Apakah itu anjingmu?”
Dia menjawab, “Bukan.”

Umar bertanya, “Mengapa kamu memberinya makan seperti apa yang kamu makan?”

Dia menjawab, “Aku malu dari pemilik dua mata (Allah Subhanahu wa ta’ala) yang melihatku, sementara aku menguasai makanan itu dan dia tidak makan.”

Umar bertanya, “Apakah kamu orang yang merdeka atau hamba sahaya?”
Dia menjawab, “hamba sahaya milik keluarga di Bani Ashim.”


Lalu Umar mendatangi mereka dan membeli hamba sahaya tersebut sekaligus membeli kebun milik Bani Ashim itu. Selanjutnya dia menemuinya dan berkata, “Apakah kamu mengetahui bahwa Allah telah memerdekakanmu?”
Dia menjawab, “Segala puji bagi Allah semata dan rasa syukur bagi orang yang memerdekakanku sesudahnya.”

Umar berkata, “Kebun ini untukmu.”
Dia berkata, “Saksikanlah bahwa kebun ini adalah wakaf kepada fakir miskin Madinah.”

Umar berkata, “Celaka kamu. Kamu melakukan itu padahal kamu sendiri memerlukannya.”
Dia menjawab, “Aku malu kepada Allah. Dia telah memberiku karunia, lalu aku kikir kepada-Nya.”


Sumber: Makarimul Akhlaq

Read More..

Lesehane Cak Jo

. Jumat, 28 Maret 2008
0 komentar

Seperti biasa kami bersama kawan-kawan selepas kerja berkumpul di sebuah warung kopi, di daerah Wonorejo gang empat. Yang punya warung biasanya dipanggil Cak Jo, walau tanpa ada yang memberi tahu dengan atau tanpa sengaja jam 19.00 wib poro sedulur sudah komplit duduk lesehan sambil nyruput kopi. Biasanya kita memanfaatkan moment seperti ini untuk saling tukar pikiran dan informasi, meski tidak setiap hari kita kumpul disini namun hampir dipastikan setiap kali ketemu pasti ada aja informasi baru.


Kebetulan saat itu ada tamu istimewa dari Kediri panggilannya Gus...., dia terkenal hebat kata orang-orang yang sudah mengenalnya, bisa mengobati orang sakit medis maupun non medis, jadi pawang hujan dll. Dan salah satu kawan kami ada yang kenal dekat dengan si Gus...!

Kemudian kami penasaran dan ingin mencari tahu perihal kehebatannya, belum sempat bertanya tiba-tiba kawan kami tadi menceritakan bahwa baru saja si Gus...selesai melakukan pawang hujan di Wonorejo untuk hajatan nikah tanggal sekian-sekian, kami menyimaknya dengan seksama apa yang diceritakan oleh kawan kami tadi.

Si Gus... bilang bahwa kalau dia melakukan pawang hujan untuk satu atau dua hari maka yang terjadi biasanya bisa sampai satu minggu lebih nggak bakalan turun hujan. Kami mendengar cerita si Gus...tersebut langsung terhenyak dan istigfar....! Lalu kami berbisik pada kawan-kawan "Subhanallah yang maha menentukan hanyalah Allah SWT, dan yang berhak sombong hanyalah Allah SWT..!", dan kami mengajak kawan-kawan untuk berdoa bersama saat itu juga, agar hari yang sudah ditentukan oleh si pawang terjadi hujan...!

Alhamdulillah selang beberapa hari setelah itu surabaya diguyur hujan tiga hari berturut-turut disertai angin kencang sehingga banyak pohon tumbang, dan kami ingat bahwa saat itu adalah hari H yang punya hajatan nikah. Kami tidak tahu, ini kebetulan atau memang Allah SWT telah mengabulkan do'a kami.

Allah SWT telah menunjukkan pada kami bahwa tiada daya dan upaya dan tiada kekuatan melainkan hanya milik Allah SWT...!

Oleh : Cakyoud

Read More..

Kebun

. Kamis, 27 Maret 2008
0 komentar

Seorang guru dari tingkatan yang tertinggi hidup sebagai seorang petani. Sang guru telah menulis berbagai kitab dan wejangan. Pada suatu hari, seorang lelaki, yang telah membaca segala tulisan-tulisan sang guru dan menganggap dirinya sebagai pencari kebenaran, datang bertamu untuk membahas berbagai masalah yang muluk bersama sang guru.
"Aku telah membaca semua kitab-kitabmu," si tamu berkata, "aku sependapat dengan beberapa kitab dan tidak sependapat dengan yang lain-lainnya. Kemudian dalam kitab-kitab tertentu, aku sependapat dengan bagian-bagian tertentu tapi tidak dapat memahami bagian-bagian yang lain. Sebagian dari kitab-kitabmu lebih kusukai daripada [sebagian] yang lain-lainnya."Si petani arif bijaksana membawa si tamu ke dalam kebun, di mana terdapat aneka rupa binatang-binatang beserta makanannya dan berkata: "Aku adalah petani penghasil pangan. Engkau lihatkah wortel dan apel-apel itu? Ada orang yang menyukai wortel tetapi ada pula yang menyukai apel. Engkau lihatkah binatang-binatang itu? Beberapa orang telah menyaksikan semua binatang-binatang ini, namun mereka mempunyai pilihan mereka sendiri-sendiri, yaitu untuk dipacu, untuk dikembang-biakan dan untuk dimakan. Ada orang-orang yang menyukai ayam dan ada pula yang menyukai domba. Persamaan di antara binatang-binatang dan tanaman-tanaman ini bukanlah karena sama-sama disukai atau sama-sama tak disukai tetapi adalah bahwa semuanya adalah bahan pangan. Semuanya dapat dimakan!"
Oleh : Idris Shah

Read More..

Beradablah yang baik

.
0 komentar

Suatu hari, Seorang yang bijak ditemani salah seorang anaknya berjalan-jalan ke tempat yang sunyi. Keduanya berjalan dan akhirnya sampai di perkebunan dengan pohon-pohon yang indah, bunga-bunga yang harum, dan buah-buahnya yang ranum. Ada sebuah pohon kecil di pinggir jalan yang condong karena ditiup angin. Ujungnya hampir menyentuh tanah.
Bapak yang bijak itu berkata kepada anaknya, "Lihatlah pohon yang miring itu.
Kembalikan ia kepada keadaannya yang semula."
Anaknya pun bangkit menuju pohon itu. Dengan mudah dia berhasil meluruskannya.Lalu keduanya berjalan lagi. Sekarang, keduanya sampai kepada sebuah pohon besar, batang-batangnya banyak yang bengkok. Bapak itu berkata kepada anaknya, "Anakku, lihatlah pohon ini. Betapa ia sangat memerlukan orang yang mau berbuat baik kepadanya untuk meluruskannya. Menghilangkan aib yang menodai­nya, dan menaikkan harganya di depan orang-­orang yang memandangnya. Kesanalah, lakukanlah apa yang kamu lakukan pada pohon sebelumnya."
Anaknya tersenyum terheran-heran. Dia menjawab, "Aku bukan tidak mau berbuat baik. Hanya saja pohon itu tidak mungkin diluruskan, karena usianya yang sudah tua. Benar, itu mungkin bisa dilakukan pada saat ia masih muda. Kalau sekarang, mana mungkin?"
Bapak bijak itu mengagumi anaknya. Dia bahagia melihat anaknya yang cerdas dan bisa menjawab dengan tepat. Dia berkata, "Kamu benar, anakku. Siapa yang tumbuh di atas sesuatu, maka ia menjadi tabiatnya. Beradablah sejak kecil, niscaya adab itu selalu menemanimu sampai kamu dewasa."
Kemudian kaduanya pulang dan bapak bijak itu melantunkan syair :"Budi pekerti itu berguna bagi bocah semasa kecilnya. Adapun pada masa kepala telah beruban, maka ia tidaklah berguna.Sesungguhnya jika kamu meluruskan ranting, maka ia bisa lurus. Sedang kayu tidaklah mungkin kamu bisa meluruskannya."
Sumber: Makarimul Akhlaq

Read More..

Bejana Emas

.
0 komentar

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Ada seseorang membeli sebidang tanah kepada orang lain kemudian orang yang membeIi sebidang tanah itu menemukan sebuah bejana berisi emas di kawasan tanah yang dibelinya itu. Maka orang yang membeli tanah itu berkata kepada orang yang menjualnya, 'Ambillah emasmu karena sesungguhnya saya hanya membeli tanah kepadamu dan tidak membeli emas.' Orang yang menjual tanah itu menjawab, 'Saya menjual tanah dan segala apa yang ada di dalamnya kepadamu.' Kemudian mereka membawa permasalahan itu kepada seorang hakim, maka orang yang mengadili itu bertanya, 'Apa­kah masing-masing dari kaIian mempunyai anak?' Salah seorang di antara keduanya berkata,'Saya mempunyai anak laki-Iaki.' Dan yang lainnya menjawab, 'Saya mempunyai anak perempuan.' Kemudian sang hakim berkata, 'Nikahkanlah saja anak laki-Iaki itu dengan anak perempuanmu dan berikanlah emas itu agar bisa dimanfaatkan oleh mereka'."

HR Al Bukhari, 3472 ; Muslim, 1721

Read More..

Nilai Persahabatan

.
0 komentar

Muhammad bin Suqah berkata, “Ada dua orang sahabat. Salah seorang dari keduanya meminta harta yang lain, tetapi dia menolaknya. Namun demikian, nilai persahabatannya tidak berkurang sedikitpun.Maka teman yang menolak itu berkata, “Kamu meminta sesuatu yang mungkin dariku, tetapi aku menolakmu. Namun, nilai persahabatanmu kepadaku tidaklah berkurang sama sekali".

Dia menjawab, “Wahai saudaraku, aku menjalin persaudaraan denganmu karena satu perkara yang ada pada dirimu dan kamu belum membuangnya, maka aku pun demikian" Temannya menjawab, “Aku melakukan itu untuk mengujimu, karena aku telah melihat hal itu padamu. Maka ambillah dari hartaku sesukamu. Hartaku adalah hartamu juga.”

Sumber: Makarimul Akhlaq

Read More..

Curahan Hati sang Ihwan

. Minggu, 23 Maret 2008
1 komentar

Begitu banyaknya kelompok-kelompok dalam islam bisa membuat bingung bagi sebagian ummat yang masih belum mengerti betul bagaimana memahami dan memaknai islam. Sehingga disaat mereka mencoba menerobos pagar pembatas yang selama ini menjadi hijab bagi terkuaknya tabir ilmu-ilmu islam yang lebih general dan flexible, mereka terkesima dan kagum dengan kasanah islam yang sebenarnya dan yang selama ini belum tersentuh di kalbu karena adanya kepentingan dari masing-masing kelompoknya.
Hal ini disebabkan kemungkinan kelompok-kelompok tersebut cenderung hanya menggunakan ayat-ayat yang mendukung dan seirama dengan visi dan misi-nya, bisa dibilang pemahaman islam yang tidak lagi kaaffah melainkan sepotong demi sepotong.

Bagi ihwan yang pernah ikut andil didalam dan sekarang tidak lagi, atau bagi yang masih aktiv dan ingin mencurahkan uneg-uneg dan kegalauannya selama ini, semoga tempat ini bisa menjadi curahan hati dan kajian bersama guna mencari solusi dan saling memberi informasi tentang islam sebagai rahmatan lil'alamiin.....

Oleh : Cakyoud

Read More..

Perlakuan Abu 'Utsman terhadap Istrinya

.
0 komentar

Suatu ketika Maryam isteri Abu 'Utsman, yang ketika itu sedang berduaan dengan suaminya tersebut, bertanya,"Wahai Abu 'Utsman, perbuatanmu yang manakah yang paling engkau harapkan (pahalanya)?"

Marilah kita perhatikan bersama jawaban dari Abu 'Utsman ini:
Abu 'Utsmanpun menjawab,
"Wahai Maryam, ketika aku tumbuh menjadi pemuda yang tampan, yang kemudian keluargaku menginginkanku menikah, tetapi aku menolaknya.
Tiba-tiba seorang wanita datang kepadaku seraya mengatakan, "Wahai Abu 'Utsman, aku mencintaimu dengan cinta yang membuatku tidak bisa tidur dan gelisah. Aku memohon kepadamu demi Allah Yang membolak-balikkan hati dan aku mendekat kepadamu agar engkau sudi menikah denganku."Kemudian akupun bertanya padanya, "Apakah engkau mempunyai orang tua?"
Ia menjawab, "Ya, seorang penjahit di tempat demikian dan demikian."Kemudian akupun mendatangi ayahnya agar menikahkannya denganku
Ayahnyapun gembira akan hal itu.
Selanjutnya aku menghadirkan para saksi, lalu aku menikah dengannya.Ketika aku masuk menemui wanita (istriku) tersebut, ternyata aku mendapatinya buta sebelah,pincang dan rupanya buruk Maka akupun berucap, "Ya Allah, untuk-Mu segala pujian atas apa yang Engkau tentukan untukku."

Keluargakupun mencelaku atas hal yang terjadi itu, namun aku semakin berbuat baik dan memuliakannya, hingga dia tidak membiarkanku keluar dari sisinya. Hal ini mengakibatkan aku meninggalkan beberapa majelis karena lebih mementingkan kerelaannya dan menjaga hatinya.

Akupun tinggal bersamanya dalam keadaan demikian selama 15 tahun. Dan aku seolah-olah berada di atas bara apidi sebagian waktuku. Aku tidak menampakkan sedikitpun dari hal itu kepadanya sampai dia meninggal. Tidak ada sesuatupun yang lebih aku harapkan bagi diriku, dibanding aku memelihara perasaan hatinya terhadapku."

Demikianlah salah satu gambaran contoh yang unik dan indah mengenai akhlak orang-orang terdahulu yang paham terhadap agama Islam. Ini dikarenakan mereka telah mendengar hadits-hadits Nabi Sholallahu 'alaihi wasallam yang memerintahkan agar tidak bersikap keras, tetapi lemah lembut dan berakhlak mulia terutama terhadap istri-istrinya.

Seperti dalam hadits yang terdapat dalam HR. Ibnu Hibban (no. 1957), yang telah dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahiihah(no. 195) yang artinya:
Dari Abu Hurairah Rodhiallahu 'anhu, ia menuturkan bahwa Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang keras lagi kasar, berteriak-teriak di pasar, bangkai di malam hari, keledai di siang hari, mengerti urusan dunia tetapi bodoh dengan urusan akhirat."

Disebutkan didalam tafsir yang terdapat dalam 'Audatul Hijaab (II/409), orang yang keras lagi kasar adalah orang yang keras terhadap keluarganya lagi sombong dalam dirinya.Selain itu hadits yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani yang juga telah dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahiihah (no. 433) yang artinya:
Dari Usamah bin Syuraik Rodhiallahu 'anhu secara marfu': Hamba-hamba Allah yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara mereka.Nabi juga memerintahkan agar berakhlak baik terhadap kaum wanita atau istri. Sebagaimana yang tercantum dalam HR. At-Tirmidzi (no. 1162) dalam kitab Ar-Radhaa', Abu Dawud (no 4682) kitab As-Sunnah, Ahmad (no. 9756), yang juga telah dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahiihah (no. 284) yang artinya:Dari Abu Hurairah Rodhiallahu 'anhu, Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Kaum mukmin yang paling sempurna keimanannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian ialah yang terbaik kepada isteri-isterinya".

Hadits dan kisah diatas patut menjadi pelajaran bagi diri-diri kita, para suami. Apakah kita telah berakhlak yang baik terhadap istri-istri kita. Apakah perbuatan kita sehari-hari telah sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah, Sahabat, Tabi'in, Tabi'ut tabi'in dalam pergaulannya terhadap istrinya Maka bersegeralah berbuat baik kepada istri-istri kalian… Sumber: 'Isratun Nisaa' minal alif ilal yaa' (terjemahan)

Read More..

Yang bersedih hanyalah hati yang tidak medapatkan Ridlo-Nya

.
0 komentar

Umar bin Abdul Aziz Rohimahullah menangis ketika melihat seorang anaknya pada hari raya dengan pakaian yang usang. Anaknya berkata, “Apa yang membuatmu menangis, ya Amirul Mukminin?”

Umar menjawab, “Putraku, aku takut hatimu bersedih pada hari raya ini. Kamu melihat anak-anak yang lain memakai baju bagus, tetapi kamu memakai baju seperti ini.”

Anaknya berkata, “Ya Amirul Mukminin, yang patut bersedih adalah orang yang tidak memperoleh ridha Allah atau dia durhaka kepada ibu-bapaknya. Dan aku berharap Allah meridhaiku dengan ridhamu".
Umar menangis. Dia memeluk dan mencium kening anaknya. Dia mendoakannya dengan kebaikan dan keberkahan. Maka dia termasuk orang terkaya sesudah bapaknya.
Sumber: Makarimul Akhlaq

Read More..

Pahitnya Dunia adalah Manisnya Akhirat

. Sabtu, 22 Maret 2008
1 komentar

Keindahan dunia memaksakan sebagian besar manusia di masa ini saling berpacu dalam mencapai kesuksesan dunia, sehingga sebagian besar manusia tidak enggan menabrak sendi-sendi keimanan dan ke-Tauhid-an. Mulai dari mencari rezeki sampai dengan memanfaatkan rezeki yang sesungguhnya adalah pinjaman dari Allah Ta’ala. Tidak jarang diantara manusia tersebut adalah dari kalangan yang telah memiliki dasar agama bahkan telah pernah menjadi aktifis da’wah ataupun da’i. Namun godaan dan fitnah dunia memang sangatlah berat sehingga tidak sedikit yang terjerumus akibat kekhilafan yang mereka lakukan baik disengaja maupun tidak disengaja.

Manusia sering tergoda dengan manisnya dunia dengan berbagai macam fasilitas yang tersedia dan tidak sedikit yang akhirnya melupakan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah. Bahkan mereka sangat mencela berbagai kepahitan di dunia ini dengan berbagai macam umpatan, keluh kesah atupun amarah. Terlihat sebagian manusia yang menghina seseorang menderita karena berjuang mencari harta dan rezeki yang halal serta terbebas dari unsur kemaksiatan, minuman keras dan pengrusakan agama yang telah mewabah di negara kita ini.

Hendaklah kita mengetahui bahwa kepahitan dunia adalah kemanisan akhirat, begitu pula sebaliknya kemanisan dunia adalah kepahitan di akhirat. Sungguh, lebih baik bila seseorang beralih dari kepahitan sementara kepada kemanisan abadi daripada sebaliknya. Jika ini belum bisa kita pahami, maka perhatikanlah sabda Rasulullah shalallahu 'alahi wa sallam yang artinya: “Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai, sedangkan neraka dikelilingi oleh syahwat.” (HR: Muslim [2822] dalam Al-Jannah, Bab “Sifat Surga dan Kenikmatannya”)

Pada kedudukan ini tingkat penalaran manusia berbeda-beda dan akan terlihat hakekat diri mereka. Kebanyakan manusia mengutamakan kemanisan sementara dengan mengorbankan kemanisan abadi, serta tidak kuasa menanggung kepahitan sesaat untuk mendapatkan kemanisan abadi. kehinaan sesaat untuk meraih kemulian abadi, serta ujian sesaat untuk mendapatkan kesentosaan abadi. Baginya yang ada sekarang adalah nyata, sedangkan yang dinanti masih gaib. Imannya lemah dan kekuasaan nafsu benar-benar kukuh, sehingga lahirlah sikap mengutamakan dunia dan penolakan terhadap akhirat. Inilah keadaan mereka yang pandangannya tertuju hanya kepada perkara-perkara nyata, permulaan dan dasarnya saja. Adapun pandangan cerdas yang menembus tiari dunia sehingga mampu mencapai berbagai akibat dan puncak persoalan, maka keadaannya akan berbeda.

Maka ajaklah diri antum untuk melihat apa yang dipersiapkan oleh Allah Ta’ala bagi para wali-Nya yang taat kepada-Nya, yaitu kenikmatan abadi, kebahagiaan selamanya, dan kemenangan paling besar. Serta kepada apa yang dipersiapkan oleh Allah Ta’ala untuk orang-orang yang malas dan lalai serta tidak menjadikan syariat sebagai landasan mencari kenikmatan/rezeki, yaitu berupa kehinaan, hukuman, dan penyesalan yang kekal. Pilihlah mana diantara keduanya yang lebih layak untuk antum ambil. Masing-masing akan bekerja sesuai dengan bagiannya dan setiap orang akan berbuat menurut keadaan masing-masing dan yang cocok dengan dirinya, tentunya dengan berbagai konsekuensi yang harus diterima berdasarkan pilihan tersebut. Wallahu ‘Alam (Ditulis oleh Ibnu Yunus Al Andalasy)

Read More..

Mencintai dan rindu kepada Allah SWT

.
0 komentar


Pemahaman kami tentang islam pada awalnya merasakan bahwa takut kepada Allah SWT ibarat didalam sebuah penjara Alcatras(penjara amerika yang terkenal dengan kejam dan sadis dalam memperlakukan para narapidana), sehingga bila datang waktu shalat bukan syukur yang kami rasakan melainkan takut dan sengsara terasa sesak didalam dada. Dengan langkah gontai mengambil air wudlu dan melaksanakan shalat dengan sangat amat terpaksa karena takut dibakar dineraka bila tidak menunaikannya. Hal ini sudah berlangsung bertahun-tahun sejak kami mulai mengenal agama baik melalui guru di sekolah maupun di surau.


Suatu ketika kami bertemu dengan seorang teman lama yang sudah sekian tahun tidak ketemu, bertegur sapa dan sedikit ngobrol tentang kabar masing-masing. Dia menceritakan aktivitasnya di surau, sejenak kami tertegun mendengar ceritanya bagaimana dia mengabdikan sebagian waktunya untuk syi'ar islam kami lebih heran lagi tatkala datang waktu shalat, dia kelihatan gembira senang dan segera bergegas berwudlu dan mengajak kami shalat berjama'ah. Sementara kami masih dengan berat hati dan kondisi terpaksa melakukannya hanya semata-mata takut nanti dibakar dineraka Allah SWT.

Kemudian dia mempersilakan kami untuk jadi imam shalat, kami semakin bingung tapi kami menolaknya dan ganti menyilakan dia untuk jadi imam. Begitu selesai shalat dan berdo'a kemudian kami teruskan obrolan kami. Tanpa malu kami ceritakan tentang kondisi kami yang amat tertekan untuk menunaikan shalat lima waktu, sementara dia enjoy dan sangat menikmatinya.

Sejenak dia mengusap keringatnya didahi dan menyilakan kami untuk minum teh yang sudah sedari tadi dia suguhkan untuk kami, kemudian dia sedikit memberikan nasihat dan pemahamannya tentang islam bahwa dalam menjalani hidup ini kita hanya mengharap ridlo Allah SWT, shalat jangan karena takut neraka dan mengharap surga semata yang utama adalah mengharap ridlo-Nya, dia sedikit mengisahkan nabi Ibrahim yang dibakar api semasa hidupnya namun karena atas ijin dan ridlonya sang nabi tidak merasakan panas dan tidak terbakar sedikitpun, sebab bila hidup kita sudah mendapat ridlo-Nya maka yang ada hanyalah kedamaian dunia dan akhirat. Subhanallah...

Dia mengahiri obrolan kami dengan mengatakan bahwa bila kita selalu mengharap ridlo-nya yang ada hanyalah mencintai Allah SWT dan selalu merindukannya untuk selalu berkomunikasi dan bertemu dengan sang Rabbul a'lamiin. Seketika itu juga hati kami tersentuh dan bahagia, perasaan bercampur aduk, serasa ingin menangis merindukan sang khaliq untuk selalu mengingat dan memujinya. Kami telah menemukan kedamaian hati dari sang Rabbul izzah....

Oleh : cakyoud

Read More..