Mencintai dan rindu kepada Allah SWT

. Sabtu, 22 Maret 2008
  • Agregar a Technorati
  • Agregar a Del.icio.us
  • Agregar a DiggIt!
  • Agregar a Yahoo!
  • Agregar a Google
  • Agregar a Meneame
  • Agregar a Furl
  • Agregar a Reddit
  • Agregar a Magnolia
  • Agregar a Blinklist
  • Agregar a Blogmarks


Pemahaman kami tentang islam pada awalnya merasakan bahwa takut kepada Allah SWT ibarat didalam sebuah penjara Alcatras(penjara amerika yang terkenal dengan kejam dan sadis dalam memperlakukan para narapidana), sehingga bila datang waktu shalat bukan syukur yang kami rasakan melainkan takut dan sengsara terasa sesak didalam dada. Dengan langkah gontai mengambil air wudlu dan melaksanakan shalat dengan sangat amat terpaksa karena takut dibakar dineraka bila tidak menunaikannya. Hal ini sudah berlangsung bertahun-tahun sejak kami mulai mengenal agama baik melalui guru di sekolah maupun di surau.


Suatu ketika kami bertemu dengan seorang teman lama yang sudah sekian tahun tidak ketemu, bertegur sapa dan sedikit ngobrol tentang kabar masing-masing. Dia menceritakan aktivitasnya di surau, sejenak kami tertegun mendengar ceritanya bagaimana dia mengabdikan sebagian waktunya untuk syi'ar islam kami lebih heran lagi tatkala datang waktu shalat, dia kelihatan gembira senang dan segera bergegas berwudlu dan mengajak kami shalat berjama'ah. Sementara kami masih dengan berat hati dan kondisi terpaksa melakukannya hanya semata-mata takut nanti dibakar dineraka Allah SWT.

Kemudian dia mempersilakan kami untuk jadi imam shalat, kami semakin bingung tapi kami menolaknya dan ganti menyilakan dia untuk jadi imam. Begitu selesai shalat dan berdo'a kemudian kami teruskan obrolan kami. Tanpa malu kami ceritakan tentang kondisi kami yang amat tertekan untuk menunaikan shalat lima waktu, sementara dia enjoy dan sangat menikmatinya.

Sejenak dia mengusap keringatnya didahi dan menyilakan kami untuk minum teh yang sudah sedari tadi dia suguhkan untuk kami, kemudian dia sedikit memberikan nasihat dan pemahamannya tentang islam bahwa dalam menjalani hidup ini kita hanya mengharap ridlo Allah SWT, shalat jangan karena takut neraka dan mengharap surga semata yang utama adalah mengharap ridlo-Nya, dia sedikit mengisahkan nabi Ibrahim yang dibakar api semasa hidupnya namun karena atas ijin dan ridlonya sang nabi tidak merasakan panas dan tidak terbakar sedikitpun, sebab bila hidup kita sudah mendapat ridlo-Nya maka yang ada hanyalah kedamaian dunia dan akhirat. Subhanallah...

Dia mengahiri obrolan kami dengan mengatakan bahwa bila kita selalu mengharap ridlo-nya yang ada hanyalah mencintai Allah SWT dan selalu merindukannya untuk selalu berkomunikasi dan bertemu dengan sang Rabbul a'lamiin. Seketika itu juga hati kami tersentuh dan bahagia, perasaan bercampur aduk, serasa ingin menangis merindukan sang khaliq untuk selalu mengingat dan memujinya. Kami telah menemukan kedamaian hati dari sang Rabbul izzah....

Oleh : cakyoud

0 komentar: