Suro Diro Diningrat Lebur Dening Pangastuti

. Jumat, 13 Juni 2008
  • Agregar a Technorati
  • Agregar a Del.icio.us
  • Agregar a DiggIt!
  • Agregar a Yahoo!
  • Agregar a Google
  • Agregar a Meneame
  • Agregar a Furl
  • Agregar a Reddit
  • Agregar a Magnolia
  • Agregar a Blinklist
  • Agregar a Blogmarks

Maraknya insident kekerasan belakangan ini sepertinya sudah menjadi konsumsi public sehari-hari, belum selesai kasus penyerbuan kampus Unas oleh Polisi, sudah muncul bentrok massa di Monas, ricuh pilkada di Maluku Utara, dan sebelum-sebelumnya waduuh..sudah nDak terhitung lagi.

Sudah banyak anak-anak bangsa yang belum sempat menikmati nikmatnya negeri yang katanya sudah merdeka ini, menjadi korban pelampiasan kemarahan para kreator politik untuk menjadi pelakon dalang kerusuhan dan demontrasi yang sudah setengah murni.

"Kabeh mau asale soko duit", kata mBah Darmo, yang belum tentu benar. Karena ada juga yang turun melakukan demontrasi demi hati nurani dan idealisme.

Mengenai kasus Ahmadiyah di Indonesia sebaiknya biar ummat Islam sendiri yang mencari jalan penyelesaian. Ini adalah masalah interen dikalangan ummat Islam, tidak etis rasanya bila pihak lain, apalagi non muslim turut campur dalam masalah ini. Yang tahu seluk beluk dan detailnya Islam adalah ummat Islam sendiri bukan yang lain.

Bila pihak lain ikut campur dalam hal ini, juga patut dipertanyakan ada apakah garangan...!, eh gerangan...!?. Sebaiknya seluruh elemen bangsa ini yang merasa dan mengaku peduli dengan Islam melakukan konsolidasi dan duduk bersama guna mencari solusi terbaik tentang nasib Faham Ahmadiyah di Indonesia. Bukankah didalam Alqur'an sudah dijelaskan " Faintanaaza'tum fiisyai'in farudduuhu ilallohi warrosuul, inkuntum tu'minuuna billahi wal yaumil aakhir" yang intinya bahwa jika terjadi selisih faham kembalikanlah pada Alloh dan Rosul-nya Alqur'an dan Alhadist-nya.

Masalah aqidah sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi, harga mati yang sudah disempurnakan oleh Allohu rabbil Jalil. Nabi Muhammad adalah sosok dan figur yang teramat bijaksana dan keras, keras dalam soal aqidah, keras dalam memegang prinsip, kokoh hatinya namun santun tindakannya. Sepatutnya ummat Islam untuk mengikuti jejak beliau, manusia yang telah dipilih oleh Alloh untuk menjadi kalifah di bumi ini.

Suro Diro Diningrat Lebur Dening Pangastuti(segala bentuk kekerasan, kesombongan dan arogansi berlebihan hilang hanya dengan kasih sayang dan sopan santun), begitulah kira-kira kurang lebihnya. Pepatah jawa yang sangat kondang itu. Namun sudah banyak yang melupakannya hanya karena uang dan kepentingan.

Keras dalam memegang aqidah tidak harus keras dalam konotasi kontak fisik dan bentrok antar kubu yang berseteru. Masih banyak pilihan melakukan ketegasan dengan cara yang santun bermartabat dan elegance, semoga...!

Oleh : Cakyoudee

0 komentar: