Konselling Dengan Si mBah...!?

. Minggu, 06 April 2008
  • Agregar a Technorati
  • Agregar a Del.icio.us
  • Agregar a DiggIt!
  • Agregar a Yahoo!
  • Agregar a Google
  • Agregar a Meneame
  • Agregar a Furl
  • Agregar a Reddit
  • Agregar a Magnolia
  • Agregar a Blinklist
  • Agregar a Blogmarks

Fenomena mendatangi mBah dukun, paranormal atau "orang pintar" kini semakin mengakar kuat di masyarakat. Entah berapa banyak pejabat, pengusaha, kalangan profesional, intelektual dan rakyat biasa telah menjadi konsumen atau pelanggan jasa perdukunan. Kondisi ini merupakan lahan subur bagi dunia perdukunan dan paranormal. Mereka kian gencar beriklan tentang kemampuan dan kesaktiannya.

Padahal si mBah dukun/paranormal tidak mempunyai "kelebihan" melainkan dengan cara berbakti, tunduk, taat dan menyembah jin. Berendam di pertemuan dua sungai, tapa dan meditasi di gua-gua, puasa mutih, menyembelih hewan dengan kriteria tertentu adalah sebagian bentuk dari penyembahan jin.

Allah berfirman: "(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu." (Al-Jin: 26).

Pengobatan alternatif, pengisian ilmu kesaktian, susuk, azimat, wafak, pengasihan dan lainnya dalam praktiknya banyak menggunakan jin dan setan. Setiap praktik si mBah dukun/paranormal yang menggunakan syarat, mahar, perantara dan mantera pantas dicurigai. Lewat syarat itulah, apakah namanya susuk atau azimat, jin masuk dengan cara yang disadari atau tidak disadari.

Mendatangi mBah dukun/paranormal adalah awal dari rentetan kesusahan. Menyelesaikan masalah dengan menambah masalah. Jin dan setan akan terus menanamkan rasa takut, gelisah dan ketergantungan bagi para konsumen dan pengguna jasanya, yang menyebabkan ia tak akan lepas dari pengaruhnya. Syarat-syarat yang beraneka ragam -dari yang tidak rutin atau rutin dikerjakan pada waktu atau tempat tertentu- itulah bukti nyata kekuasaan jin atas konsumennya.

"Dan bahwasanya ada beberapa orang di antara manusia meminta perlindungan kepada jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka rahaqo." (Al-Jin: 6). Arti rahaqo dalam ayat ini menurut Qatadah ialah dosa dan menambah keberanian bagi jin pada manusia. Rahaqo juga berarti ketakutan (Abul Aliyah, Ar-Rabi', dan Zaid bin Aslam). Ketika jin tahu manusia minta perlindungan karena takut pada mereka, maka jin menambahkan rasa takut dan gelisah agar manusia semakin tambah takut dan selalu minta perlindungan kepada mereka. (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur'anil Azhim, 4/453).

Kembali ke Jalan Allah yang haq, dienul islam adalah jalan pertama dan terakhir agar terhindar dari dunia perdukunan yang penuh kesesatan dan kebohongan.

(Dikutip dari: Risalah tentang Sihir dan Perdukunan oleh Al Imam Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz, dll)

0 komentar: