Keberanian dan Ketabahan Rasululloh, Muhammad SAW

. Rabu, 30 April 2008
4 komentar

Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam mempunyai keberanian yang mengagumkan dan tiada tandingannya dalam membela agama dan menegakkan kalimatullah Ta’ala. Beliau mempergunakan nikmat-nikmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang dicurahkan atas beliau pada tempat yang semestinya. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha telah mengungkapkan hal itu dalam sebuah hadits, yang artinya: “Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah sama sekali memukul seorangpun kecuali dalam rangka berjihad di jalan Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Beliau tidak pernah memukul pelayan dan kaum wanita.” (HR: Muslim)

Di antara bukti keberanian beliau adalah kegigihan beliau dalam mendakwahkan agama Islam seorang diri menghadapi kaum kafir Quraisy dan pemuka-pemuka-nya. Demikian juga keteguhan beliau di atas keyakinan tersebut hingga Alloh Subhanahu wa Ta’ala menurunkan pertolongan-Nya. Beliau tidak pernah mengeluh atau berkata: “Tidak ada yang sudi menyertaiku, sedangkan orang-orang semuanya memusuhiku.” Akan tetapi beliau bersandar serta bertawakkal kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan tetap meneruskan perjuangan dakwah beliau.

Beliau adalah seorang pemberani dan sangat teguh dalam memegang dan melaksanakan pendirian. Ketika orang-orang lari bercerai berai, beliau tetap teguh bagaikan karang.

Beliau mengasingkan diri untuk beribadah di gua Hira’ selama beberapa tahun. Kala itu beliau belum merasakan gangguan dan orang-orang Quraisy pun belum memerangi beliau. Kaum kafir itu tidak menembakkan sebatang anak panah pun dari busurnya kecuali setelah beliau menyebarkan aqidah tauhid dan memerintahkan untuk memurnikan ibadah mereka kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala semata. Beliau sangat mengherankan ucapan kaum kafir sebagaimana yang difirmankan Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Katakanlah: “Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan” Maka mereka menjawab:”Alloh”. Maka katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” (QS: Yunus: 31)

Sementara itu mereka menjadikan berhala-berhala sebagai perantara antara mereka dengan Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana yang Alloh Subhanahu wa Ta’ala firmankan, yang artinya: “Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. (QS: Az-Zumar: 3)

Padahal mereka juga meyakini tauhid Rububiyah, sebagaimana yang diungkapkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Katakanlah: “Siapakah yang memberikan rizki kepada kalian dari langit dan bumi?” mereka akan menjawab: “Alloh”.

Wahai saudaraku, lihatlah praktek-praktek syirik yang bertebaran di seantero negeri-negeri kaum muslimin, seperti memohon kepada orang yang sudah mati, bertawassul dengan perantaraan mereka, bernadzar karena mereka, takut serta mengharap kepada mereka. Sampai-sampai terputus hubungan antara mereka dengan Alloh Subhanahu wa Ta’ala disebabkan kemusyrikan yang mereka lakukan. Mereka telah menempatkan orang-orang yang sudah mati setara dengan kedudukan Dzat Yang Maha Hidup dan tidak akan pernah mati. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (se-suatu dengan) Alloh, maka pasti Alloh mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS: Al-Maidah: 72)

Sekarang kita beranjak dari rumah beliau menuju gunung yang berada di sebelah utara. Itulah gunung Uhud, disitulah terjadi peristiwa besar yang menunjukkan keperkasaan Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dan keteguhan serta kesabaran beliau atas luka yang diderita pada peperangan tersebut. Pada waktu itu wajah beliau yang mulia terluka dan beberapa gigi beliau patah serta kepala beliau terkoyak.

Sahal bin Sa’ad menceritakan kepada kita tentang luka yang diderita beliau . Ia berkata: “Demi Alloh Subhanahu wa Ta’ala, aku benar-benar mengetahui siapakah yang mencuci luka Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam, siapakah yang menyiramkan airnya dan dengan apa luka itu diobati.” Ia melanjutkan: “Fathimah radhiyallahu ‘anha putri beliaulah yang mencuci luka tersebut, sementara Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu menyiramkan airnya dengan perisai. Namun ketika Fathimah radhiyallahu ‘anha melihat siraman air tersebut hanya menambah deras darah yang mengucur dari luka beliau, ia segera mengambil secarik tikar lalu membakarnya kemudian membungkus luka tersebut hingga darah berhenti mengucur. Pada peristiwa itu gigi beliau patah, wajah beliau terluka dan kepala beliau terkoyak lebar.” (HR: Al-Bukhari)

Al-Abbas bin Abdul Muththalib radhiallaahu anhu menceritakan kepahlawanan Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dalam peperangan Hunain. Ia berkata: “Ketika pasukan kaum muslimin tercerai berai, Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam justru memacu bighalnya ke arah pasukan kaum kafir, sementara aku terus memegang tali kekang bighal tersebut supaya tidak melaju dengan cepat. Saat itu beliau berkata: “Aku adalah seorang nabi bukanlah pendusta. Aku adalah cucu Abdul Muththalib.” (HR: Muslim)

Sementara itu, penunggang kuda yang gagah berani, yang sudah masyhur dan terkenal dengan kisah-kisah kepahlawanannya, yaitu Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu menceritakan keberanian Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai berikut: “Apabila dua pasukan sudah saling bertemu dan peperangan sudah demikian sengit, kamipun berlindung di belakang Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak ada seorangpun yang paling dekat kepada musuh daripada beliau.” (HR. Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah , silakan lihat di dalam Shahih Muslim III / no.1401)

Kesabaran Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menyebarkan dakwah pantas dijadikan contoh dan teladan yang baik. Hingga akhirnya Alloh Subhanahu wa Ta’ala menegakkan pilar-pilar Islam dan melebarkan sayapnya di segenap pelosok jazirah Arab, negeri Syam dan negeri-negeri di seberang sungai Tigris. Hingga tidak tersisa satu rumahpun kecuali telah dimasuki cahaya Islam.

Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya aku telah mendapat berbagai teror dan ancaman karena membela agama Alloh . Dan tidak ada seorangpun yang mendapat teror seperti itu. aku telah mendapat berbagai macam gangguan karena menegakkan agama Alloh . Dan tidak seorangpun yang mendapat gangguan seperti itu. Sehingga pernah kualami selama 30 hari 30 malam, aku dan Bilal tidak mempunyai sepotong makanan pun yang layak untuk dimakan manusia kecuali sedikit makanan yang hanya dapat dipergunakan untuk menutupi ketiak Bilal.” (HR: At-Tirmidzi dan Ahmad)

Walaupun harta dan ghanimah serta perbenda-haraan dunia dari kemenangan yang diberikan Alloh Subhanahu wa Ta’ala kepada beliau terus mengalir, namun Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mewariskan sesuatupun kepada umatnya, tidak dinar maupun dirham, beliau hanya mewariskan ilmu. Itulah warisan nubuwat, barangsiapa yang ingin mengambilnya, maka silakan maju untuk mengambilnya dan selamat berbahagia menerima warisan yang agung itu.

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan: “Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam tidak meninggalkan dinar, tidak pula dirham, tidak meninggalkan kambing, tidak pula unta. Beliau tidak mewasiatkan harta apapun.” (HR: Muslim)

(Sumber: MediaMuslim.info; Sehari Di Kediaman Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam, Asy-Syaikh Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim)

Read More..

Wanita Bangsawan Dengan Kemulian Sejati

.
0 komentar

Khalifah ‘Umar bin Abdul ‘Aziz memiliki seorang istri dari kalangan bangsawan yang bernama Fatimah binti ‘Abdul Malik. Fatimah adalah seorang putri Khalifah terdahulu yang Bapaknya bernama ‘Abdul Malik.

Fatimah memiliki perhiasan yang paling mahal. Perhiasan itu tidak pernah dimiliki oleh wanita lain di muka bumi. Di antara perhiasan-perhiasan itu, ada dua anting-anting mariyah yang terkenal dalam sejarah. Para penyair pun menyebut perhiasan itu dalam syairnya. Seandainya anting-anting itu dijual, maka akan cukup untuk mengenyangkan satu suku yang besar.

Ketika tinggal bersama bapaknya, Fatimah hidup dalam kemewahan dunia. Namun ketika menjadi istri Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, beliau hidup dengan sederhana. Khalifah memberikan nafkah hanya beberapa dirham dalam sehari. Fatimah rela dengan hal itu dan gembira hidup qonaah, hidup apa adanya dan senang dengan kesederhanaan.

Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz selalu menasehati istrinya untuk banyak bershodaqoh. Fatimah binti ‘Abdul Malik adalah istri yang taat, dia mematuhi nasehat suaminya. Semua perhiasan dan mutiara yang dibawanya diserahkan ke baitul mal kaum muslimin.

Demikianlah kemulian sejati yang dimilikinya, dia tetap hidup sederhana walaupun mampu hidup mewah. Hidup sederhana tidaklah mengurangi kemuliaan dirinya.
Wallahu a’lam.

(Sumber: MediaMuslim.info, Muqoddimah Kitab Adabu Az-Zifaf, Oleh Asy-Syaikh Al-Albani)

Read More..

Islam Tidak Butuh Mirza Ghulam Ahmad

. Minggu, 27 April 2008
0 komentar

Mirza Ghulam Ahmad : ''Sungguh telah dibatalkan pada hari ini hukum jihad dengan pedang. Maka tidak ada jihad setelah hari ini. Barang siapa mengangkat senjata kepada orang-orang kafir, maka dia telah menentang Rasulullah... sesungguhnya saya ini adalah Al Masih yang ditunggu-tunggu. Tidak ada jihad dengan senjata setelah kedatanganku ini.''

--------------------------------------------------------------------------------------------------

Februari lalu, sebuah surat mampir ke meja Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama (Depag), Nasaruddin Umar. Pengirimnya empat negara sekaligus, di antaranya Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada. Mereka meminta Ahmadiyah tak dibubarkan. ''Suratnya ditujukan kepada Menteri Agama dan ada tembusannya ke saya,'' ungkap Nasarudin kepada Republika, di Jakarta, beberapa waktu lalu. Lantas, apa yang akan dilakukan Depag? ''Itu tidak akan mempengaruhi apa-apa. Kita tak mau didikte negara lain.''

Saat surat itu datang. Badan Koordinasi Aliran Kepercayaan (Bakorpakem) memang sedang memantau 12 poin penjelasan Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia (PB JAI) di seluruh Indonesia. Bila 12 poin tak sesuai kenyataan, Bakorpakem berjanji bertindak tegas.

Mengapa negara lain sampai perlu melakukan intervensi? Merujuk fakta sejarah, semuanya menjadi masuk akal. Hubungan Inggris dengan Mirza Ghulam Ahmad (MGA) dan keluarganya memang mesra. 'Nabi' MGA berjasa menyerukan penghapusan jihad saat India dijajah Inggris.

Hasan bin Mahmud Audah, mantan direktur umum Seksi Bahasa Arab Jemaat Ahmadiyah Pusat di London, menilai hubungan MGA dan Inggris tak ubahnya hubungan seorang pelayan kepada majikannya. Bukan semata hubungan terima kasih seorang Muslim pada orang yang berjasa padanya.

Di Ruhani Khazain hlm 36, MGA menyatakan: ''Tidak samar lagi, atas pemerintah yang diberkahi ini (Britania), saya termasuk dari pelayannya, para penasihatnya, dan para pendoa bagi kebaikannya dari dahulu, dan di setiap waktu aku datang kepadanya dengan hati yang tulus.''

Di Ruhain Khazain hlm 155, MGA menulis: ''Sungguh aku telah menghabiskan kebanyakan umurku dalam mengokohkan dan membantu pemerintahan Inggris. Dan dalam mencegah jihad dan wajib taat kepada pemerintah (Inggris), aku telah mengarang buku-buku, pengumuman-pengumuman, dan brosur-brosur yang apabila dikumpulkan tentu akan memenuhi 50 lemari.''

Tengok pula Ruhani Khazain hlm 28: ''Sungguh telah dibatalkan pada hari ini hukum jihad dengan pedang. Maka tidak ada jihad setelah hari ini. Barang siapa mengangkat senjata kepada orang-orang kafir, maka dia telah menentang Rasulullah... sesungguhnya saya ini adalah Al Masih yang ditunggu-tunggu. Tidak ada jihad dengan senjata setelah kedatanganku ini.''

MGA yang mengaku nabi, rasul, almaasih, almahdi, brahman avatar, krishna, dan titisan nabi-nabi, teryata tunduk belaka di hadapan Ratu Victoria. Audah dalam bukunya Ahmadiyah; Kepercayaan-kepercayaan dan Pengalaman-pengalaman : ''Perbuatan tidak bermalu Mirza Ghulam 'sang nabi' merendahkan diri depan Ratu Victoria... tak bisa saya terima, bahkan saat saya masih sebagai seorang Ahmadi sejati.''

Pengabdian pada Inggris itu sudah dilakukan leluhur MGA sejak tahun 1830-an. Saat itu, India yang masih dikuasai Muslim, menghadapi dua kekuatan: Inggris dan kaum Sikh. Dalam perang sabil menghadapi kedua kekuatan itu, keluarga Mirza memihak kaum Sikh dan Inggris.

Fakta tersebut diungkap Bashiruddin Mahmud Ahmad, anak MGA yang juga khalifatul masih II dalam bukunya, Riwayat Hidup Mirza Ghulam Ahmad. Leluhur MGA merupakan pemimpin tentara yang membantu Maharaja Ranjit Singh, Jenderal Nicholson, dan Jenderal Ventura.

Dalam bukunya, Bashiruddin tak menjelaskan konteks pemberian bantuan itu. Dia mengungkapkannya layaknya sebuah kehormatan besar bagi keluarganya. Namun fakta sejarah memang tak bisa ditutupi, betapa yang diserang Ranjit Sing, Nicholson, dan Ventura, adalah umat Islam.

''Keuntungan yang utama bagi Inggris karena munculnya Almasih dan Imam Mahdi itu adalah timbulnya perpecahan di kalangan ummat Islam yang tidak bisa dielakkan lagi,'' demikian kesimpulan Abdullah Hasan Alhadar dalam bukunya Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah.

Saat masalah pertentangan soal Ahmadiyah mencapai puncaknya di Pakistan dan konstitusi negara itu akhirnya mencantumkan bahwa penganut Ahmadiyah merupakan non-Muslim, terjadilah ketegangan. Buntutnya, kekhalifahan Ahmadiyah yang mirip 'dinasti' itu hengkang dari Pakistan.

Sejak tahun 1985, kekhalifahan tersebut berkedudukan di London, Inggris. Di sana, sejak tahun 1994, Ahmadiyah memiliki sebuah corong untuk menyebarkan ajarannya, yaitu Muslim Television Ahmadiyyah (MTA). Perlu dana luar biasa besar untuk melakukan siaran empat bahasa itu.

Audah yang merupakan mantan orang dalam di markas pusat Ahmadiyah, berkomentar tak mungkin televisi itu dijalankan dengan biaya dari sumbangan orang-orang Ahmadiyah. ''Kami tidak mendapat informasi akurat mengenai identitas orang yang memberi dana proyek itu.'' (osa/run/RioL/swaramuslim)

Sumber : oaseislam.com

Read More..

Geliat Ahmadiyah di Indonesia

. Jumat, 18 April 2008
0 komentar

Mirza Ghulam Ahmad.

Belum seleasi satu masalah, timbul lagi yang baru, tumbuh lagi yang lain, muncul lagi dan muncul terus. Itulah fenoma baru yang terjadi berkenaan dengan perkembangan pemaknaan dan penafsiran religius di Indonesia belakangan ini. Yang satu ini sangat gigih bertahan perkembangannya di Indonesia, meski terhitung sudah lama masuk di Indonesia, kurang lebih tahun 1920-an. Namun hingga detik ini belum juga mendapat tempat di hati masyarakat muslim Indonesia pada umumnya.

Ahmadiyah, bagaimana sejarah dan sepak terjangnya di Indonesia, berikut adalah bebrapa cuplikan yang diambil dari beberapa nara sumber.

Ahmadiyah adalah konsepsi kelompok yang mengkultuskan Mirza Ghulam Ahmad sebagai rasul, al-Masih, dan al-Mahdi dengan mencatut Islam sebagai agamanya. Ini artinya Ahmadiyah bersifat parsial. Konsepsi Ahmadiyah ini tentu bertentangan dengan aqidah Islam.
Mengapa kita harus terjerumus ke dalam doktrin yang mengkultuskan individu tertentu?
Tidak ada satu dalilpun yang memungkinkan seorang Mirza Ghulam Ahmad sebagai Al-Masih Mau'ud.

Ahmadiyah di Indonesia pernah mendapat ijin legal dari pemerintah sebagai organisasi sosial. Pada tahun 1953 mereka mendapat legalitas sebagai badan hukum. Pada tahun 2003 mereka mendapat ijin sebagai organisasi kemasyarakatan melalui surat Direktorat Hubungan Kelembagaan Politik No. 75//D.I./VI/2003.

Namun ijin sebagai organisasi kemasyarakatan itu tidak mengurangi niat kaum muslim lain untuk memerangi Ahmadiyah. Apalagi Majelis Ulama Indonesia (MUI) sendiri telah mengeluarkan fatwa sesat untuk aliran Ahmadiyah Qadian yang berkembang di Indonesia pada tahun 1980. Fatwa tersebut dipertegas dengan surat edaran dari Departemen Agama tahun 1984 yang mempertegas pelarangan ajaran Ahmadiyah. Fatwa sesat dan surat edaran ini tidak membuat Ahmadiyah menghentikan kegiatannya. Namun, dipicu oleh fatwa MUI, pertentangan antara Ahmadiyah dengan kaum muslim menjadi laten. Buntutnya adalah insiden kekerasan terhadap warga Ahmadiyah di beberapa daerah pada periode awal tahun 2000-an ini.

Usai peristiwa penyerangan terhadap warga Ahmadiyah di Parung, Bogor, MUI kembali mengeluarkan fatwa sesat dan haram bagi Ahmadiyah dalam Musyawarah Nasional MUI ke-7. Ada kemungkinan kuat bahwa munculnya fatwa sesat MUI terhadap Ahmadiyah untuk yang kedua kalinya ini akan semakin menguatkan sentimen anti Ahmadiyah di kalangan muslim mayoritas, terutama di kalangan Islam fanatik. Di pihak lain, Ahmadiyah sendiri sebagai suatu aliran dan organisasi yang telah memiliki sejarah panjang juga tidak akan mudah tunduk untuk menggadaikan persoalan-persoalan keyakinan mereka.

Yang kemudian menjadi penting adalah meletakkan konflik maupun perdebatan soal kepercayaan ini dalam wadah dialog yang emansipatoris. Pihak MUI sendiri bahkan sudah mengatakan tidak menyetujui penggunaan cara-cara kekerasan dalam penolakan terhadap Ahmadiyah. "Kita tidak mendukung bila penolakan Ahmadiyah dengan cara anarkis," ujar Umar Shihab, salah satu Ketua MUI, di sela-sela Munas MUI ke-7 di Jakarta.

Beberapa tokoh, Komnas HAM, dan lembaga swadaya masyarakat juga mengecam penyerangan terhadap jemaah Ahmadiyah. Penyerangan yang diwarnai kekerasan itu, menurut Dawam Raharjo, merupakan bentuk teror yang sesungguhnya. “Padahal aksi pembom J.W Marriott saja dilakukan diam-diam” ujarnya.

Untuk menyikapi perkembangan lebih lanjut, pemerintah harus bersikap arif dan adil. Meski sudah ada fatwa dari MUI, sampai saat ini pemerintah belum bertindak untuk melarang Ahmadiyah, mengingat pelarangan semacam itu bisa menimbulkan kecaman sebagai tindakan yang melanggar hak azasi manusia. Jadi yang penting dilakukan pemerintah adalah mengendalikan arogansi pihak-pihak yang ingin memberikan penolakan terhadap Ahmadiyah dengan cara-cara kekerasan. Mekanisme dialog yang terbuka bagi publik akan lebih beradab dari pada bersikeras pada keyakinan dengan cara-cara kekerasan. Bagaimana pun setiap pihak bertanggung jawab supaya jangan sampai muncul lagi konflik kekerasan agama yang menimbulkan korban jiwa sebagaimana pernah terjadi di Maluku atau Poso.

Harapannya, semoga kita bisa belajar dari sejarah untuk bisa lebih arif dalam mengambil tindakan penyelesaian berkenaan dengan aktivitas Ahmadiyah di Indonesia.

Read More..

Founders Darul Hadist(Islam Jama'ah)

. Kamis, 17 April 2008
4 komentar

Melengkapi postingan saya sebelumnya berikut ini saya tampilkan
Profil Imam Nurhasan Al Ubaidah Lubis Amir (1908-1982), sebagai founders Darul Hadist(Islam Jama'ah) sejak awal berdirinya hingga sekarang yang saya ambil dari beberapa nara sumber;

Nama Asli : Madekal(Muhammad Madigol)
Nama Populer : Imam Haji Nurhasan Al Ubaidah Lubis Amir
Lahir : 1908, Desa Bangi, Purwosari, Kediri
Nama Ayah : H. Abdul Azis bin Thahir bin Irsyad
Pendidikan : Sekolah Rakyat (SD sekarang) sampai kelas 3

Pengalaman Pesantren : 1) Pondok Sewelo, Nganjuk (sufi)
2) Pondok Jamsaren, Sala
3) Dresmo, Surabaya (belajar silat)
4) Sampang, Madura (Kyai Al Ubaidah, Batuampar)
5) Lirboyo, Kediri
6) Tebuireng, Jombang

Anak :
1) Abdul Dzohir
2) Abdul Aziz
3) Abdul Salam
4) Muh Daud
5) Sumaidau’
6) Abdullah
7) Zubaidi Umar (dari janda Al Suntikah)

Kronologis Tahun :

1929 : Berangkat haji pertama, mengganti nama menjadi Haji Nurhasan Al Ubaidah
1933 :
• Belajar hadits Bukhari dan Muslim kepada Syeikh Abu Umar Hamdan dari Maroko
• Belajar di Madrasah Darul Hadits dekat Masjidil Haram (padahal Madrasah Darul Hadits baru didirikan tahun 1956)
Info lain :
• Berangkat ke Mekah tahun 1937/1938 karena ada keributan di Madura, beliau lari ke Surabaya lalu kabur ke Mekah.
• Tiba di Mekah, disaksikan oleh H. Khoiri Ketua Rukbat Nahsyabandi (asrama pemukim di Saudi Arabia)
1941 :
• Kembali ke Indonesia, membuka pengajian di Kediri
• Berdagang gedek
• Kawin dengan orang Madura, Al Suntikah
• Kawin dengan orang Sala (2 orang) dan orang Mojokerto (1 orang), hanya berganti-ganti istri sesudahnya
1951 :
Mendirikan Darul Hadits/Yayasan Pondok Islam Djamaah (YPID) dengan tema pengajian "Menetapi Al Quran dan Al Hadits serta Budi Luhur"
1953 :
Mendapat konsep Imamah dan Jamaah dari Jama’atul Muslimin Hizbullah, dan berbai’at kepada Imam Wali Al Fatah di Jakarta
1960 :
Puncak pendalaman manqul Qur’an dan Hadits tentang konsep Bai’at, Amir, Jamaah, Taat. Ratusan jamaah di Desa Gadingmangu membai’at Nurhasan Al Ubaidah sebagai Imam(Amirul Mu’minin). Dan mencetuskan doktrin dasar :
1) Tidak mengesahkan pengajian kecuali secara manqul
2) Tidak boleh berimam kepada orang di luar jamaah
3) Tidak boleh kawin dengan orang di luar jamaah
4) Hanya anggota Islam Jamaah yang diakui masuk surga, sedangkan yang lainnya masuk neraka
5) Orang di luar Islam Jamaah dianggap najis
6) Amir boleh punya empat istri, wakil amir tiga istri, amir daerah dua istri
7) Mengadakan akad nikah sendiri (tidak lewat KUA)
8) Anggota Islam Jamaah dilarang berpoligami
1968 : Larangan faham Darul Hadits oleh Kopkamtib dan Pakem Kejati
1969 :
Larangan faham Darul Hadits oleh Kejati Sulawesi Tenggara dan Laksus Kopkamtibda Sumsel
1971 :
• Larangan faham Darul Hadits oleh Jaksa Agung RI (SK Jaksa Agung RI No. Kep-089/D.A/10/1971 tanggal 29 Oktober 1971) di seluruh Indonesia
• Sekber Golkar mendukung Darul Hadits dengan membantu dan membina pondok-pondok Al Jamaah No. KEP.-2707/BAPILU/SBK/1971
• Darul Hadits menyatakan mendukung Golkar
• Setelah Pemilu 1971, Nurhasan membawa kabur 2 anggota jamaah perempuan asal Malang (Sumiati dan adiknya) yang mondok di Gading Mangu Perak
1972 :
• Akibat kasus pelarian 1971, Nurhasan digerebek di Garut oleh CPM dan diseret ke Malang untuk interogasi, saat pemeriksaan Nurhasan menjadi lumpuh tidak bisa berbicara akhirnya dipulangkan ke keluarganya
• Lemkari (Lembaga Karyawan Islam) didirikan tanggal 13 Januari 1972 sebagai pengganti Darul Hadits di Pondok Pesantren Al Jamaah Burengan Kediri dengan nama Yayasan Lembaga Karyawan Islam Keluarga Besar Golongan Karya
1974-1979 :
• Nurhasan dan keluarga yang berjumlah 9 orang bermukim di Tanah Suci Mekkah untuk berobat karena lumpuh namun tidak kunjung sembuh
• Drs. H. Nurhasyim tokoh penting Islam Jamaah meninggal dunia tahun 1974
1979 :
• Lemkari mengeluarkan SK No. 199/F.1/IX/1979 sebagai sarana budi luhur yang menjelaskan bahwa Lemkari bukan Islam Jamaah dan bukan Darul Hadits bahkan melarang warganya menyebarkan faham Islam Jamaah
• Pada Bulan Mei 1979, Nurhasan unjuk keahlian menginjak-injak kaca dan paku-paku besar tanpa alas kaki di rumahnya di Rawagabus, Karawang
1981 : Lemkari 1972 menjadi Lembaga Karyawan Dakwah Islam
1982 :
• Sabtu sore, 13 Maret 1982 Nurhasan dan keluarga (Abdul Aziz (anak), Fatimah (istri), Yusuf (menantu)) mengalami kecelakaan lalu lintas di Pelayangan (20 km arah Cirebon), yang rencananya akan menghadiri kampanye Golkar di Jakarta. Kendaraan Mercy Tiger B 8418 EW warna merah yang ditumpangi menabrak truk Fuso. Selepas magrib Nurhasan menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon
• Abdul Dhohir, putra sulung Nurhasan, dibai’at sebagai Imam didepan mendiang jenazah ayahnya. Wasiat Nurhasan sebelum meninggal.
• Senin 15 Maret 1982 dinihari pk. 03.00 jenazah Nurhasan dikuburkan
1988 :
• Peletakan batu pertama markas pusat Lemkari di Kediri di atas tanah seluas 1.425 meter persegi
• 18 Nopember 1988 secara resmi mengundang wartawan membantah isu tentang Lemkari dan menyatakan Lemkari tidak dibawah naungan Golkar melainkan ormas yang mandiri
1990 :
Lemkari berubah nama menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) berdasarkan hasil Kongres
1992 :
.Mendagri Rudini meresmikan markas pusat LDII di Burengan Banjaran Kediri. Gedung Serbaguna “Wali Barokah” yang bernilai Rp 1,5 milyar
2007 :
. Sepeninggal Abdul Dhohir sejak tahun 2007 hingga sekarang keimaman dipegang oleh adiknya Abdul Aziz.

Read More..

Maha Benar Allah Dengan Segala Firmannya

. Senin, 14 April 2008
0 komentar

Saat ini bukan saatnya lagi kita memikirkan tentang dikotomi salah benar, merah putih, sesat ndak sesat dan segala macem thethe' benge' yang bisa membuat kacaunya ummat Islam. Hanya mudah-mudah-an kita bisa semakin humble mensikapi perkembangan pemahaman-pemahaman Islam di tengah masyarakat yang semakin majemuk. Kali ini saya tergelitik untuk menyoroti Islam Jama'ah atau Lemkari alias LDII, karena kelompok ini semakin lama perkembangannya semakin membumi, dengan strategi da'wahnya yang underground, gerakan bawah tanah, gerakan tutup mulut, dengan slogan bekennya "tai kebo maju....!, barongan-barongan..munduurr.....!"


Ummat Islam ibarat sebuah bangunan rumah, dimana tersusun atas genteng, dinding, lantai dan pelengkap pendukung lainnya, namun tetap dalam koridor untuk memperkokoh dan memperindah bangunan itu sendiri. Begitu pula yang terjadi di Indonesia bahkan diseluruh dunia, kita butuh NU, Muhammadiyah, Persis, FPI, Laskar Jihad, Hizbuttahrir, PKS bahkan LDII, NII dll yang tidak mungkin bisa disebutkan satu persatu disini. Namun dengan harapan mudah-mudahan semua itu masih dalam koridor untuk memperindah Islam itu sendiri.

Nah diatas kebingungan ummat yang mungkin saat ini belum juga bisa dan tidak bisa memutuskan mau kemana dan harus bagaimana terutama bagi beliau-beliau ex/mantan LDII, kali ini saya akan mengutip sebuah dialog agama antara Ustadz Muhammad Arifin dengan Abu Altov salah seorang aktivis LDII sesuai aslinya, mudah-mudahan bisa digunakan sebagai bahan rujukan;

Nasihat Untuk Kembali ke Manhaj Salafus Sholih

Penulis: Ustadz Muhammad Arifin Badri

Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Selanjutnya, semoga Allah melimpahkan hidayah dan rahmat-Nya kepada kita semua. Berikut adalah diskusi antara ustadz Muhammad Arifin Badri dengan Abu Altov membahas mengenai beberapa permasalahan yang padanya kaum LDII menyelisihi ajaran islam yang diajarkan oleh Rasululullah shollallahu'alaihiwasallam. Mudah-mudahan kita semua dapat mengambil pelajaran dari dialog ini dan semakin menambah keyakinan kita bahwa kebenaran itu adalah satu dan tidak berbilang, yaitu islam yang pernah diajarkan oleh Rasulullah shollallahu'alaihiwasallam dan dipahami oleh para sahabatnya, dan bukan yang selainnya. Semoga ini menjadi nasehat kepada kaum LDII untuk kembali kepada islam yang diajarkan oleh Rasulullah shollallahu'alaihiwasallam.
***

Ustadz Muhammad Arifin bertanya:

Dari yang saya ketahui, tentang dasar beragama LDII bahwa mereka mengharuskan agar ilmunya mangkul (dinukilkan langsung) dari seorang guru. Bukankah demikian?

Abu Altov menjawab:

"Yang saya ketahui benar demikian, Bapak. Bila Bapak Muhammad Arifin pernah belajar alquran dan hadits dari siapapun entah ulama mekah madinah atau ulama disini dan apa yang dikatakan bapak dengan guru bapak tidak beda demikian pula yang dikatakan guru bapak tidak beda dengan gurunya, terus demikian dan terus demikian, sampai kepada para ulama salav, para sahabat dan rosulullooh SAW, Insya Allooh sayapun akan belajar kepada Bapak. Karena ilmu ini sangat asing dan jarang (sesuatu yang asing dan jarang pasti tidak mudah didapat dan dipahami) dan pasti suatu saat akan meninggalkan kita. Saya akan bersedih dan menangis karena ilmu ini akan terangkat, tinggallah generasi kita yang hanya mengikuti kitab-kitab karangan, kitab-kitab terjemahan. kitab-kitab cetakan, ucapan-ucapan si A, Si B, si C dan hal ini sekarang ilmu ini siap-siap akan berpindah kenegara lain, selain mekah madinah. Sehingga yang disini Insya Allooh sebagian akan hijrah pula, bila Allah mengizinkan saya dan keluargapun ingin hijrah. Karena pada dasarnya kita hanyalah lembaran putih yang kosong yang belum terisi oleh goresan pena, sebagaimana para ulama terdahulu, seperti ahli membaca quran para ahli hadits, mereka sebagaimana gelas kosong yang belum terisi oleh air. Sedikit demi sedikit mendapat ilmu dengan belajar kepada ulama yang menjadi guru mereka."

Ustadz Muhammad Arifin:

Pada penggalan komentar saudara Abu Altov di atas ada beberapa hal yang ingin saya komentari dan menurut hemat saya merupakan titik permasalahan yang menjadi pembeda antara paham LDII dan kaum muslimin secara umum:

Pertama:
Saudara Abu Altov telah membuat suatu kaidah dan prinsip besar yang menurut hemat saya ini adalah prinsip yang layak untuk ditulis dengan tinta emas dan dijadikan sebagai pedoman hidup setiap muslim. Suatu keyakinan dan aqidah yang indah dan benar-benar mencerminkan akan kecintaan kepada kebenaran dan ketaatan kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya. Kaidah tersebut tersurat dengan jelas dan gamblang pada ucapan Saudara kita Abu Altov berikut ini: "Bila Bapak Muhammad Arifin pernah belajar alquran dan hadits dari siapapun entah ulama mekah madinah atau ulama disini dan apa yang dikatakan bapak dengan guru bapak tidak beda demikian pula yang dikatakan guru bapak tidak beda dengan gurunya, terus demikian dan terus demikian, sampai kepada para ulama salav, para sahabat dan Rosulullooh SAW, Insya Allooh sayapun akan belajar kepada Bapak."

Inilah pedoman hidup yang semestinya dipegang erat-erat dan diamalkan oleh setiap muslim, yaitu senantiasa mengamalkan agama islam yang murni bersih dari noda kesyirikan atau bid'ah. Yaitu syari'at islam yang pernah diamalkan oleh Rasulullah shollallahu'alaihiwasallam dan para sahabatnya, dan yang tertuang dalam Al Qur'an dan Sunnaah-sunnah beliau shollallahu'alaihiwasallam. Dan inilah wasiat Rasulullah shollallahu'alaihiwasallam kepada ummatnya, sebagaimana yang dikisahkan oleh sahabat Irbadh bin Sariyyah rodiallahu'anhu:

قال: (صلى بنا رسول الله صلى الله عليه و سلم ذات يوم ثم أقبل علينا فوعظنا موعظة بليغة ذرفت منها العيون ووجلت منها القلوب، فقال قائل: يا رسول الله كأن هذه موعظة مودع، فماذا تعهد إلينا؟ فقال: أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبدا حبشيا؛ فإنه من يعش منكم بعدي فسيرى اختلافا كثيرا، فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء المهديين الراشدين، تمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ، وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة)

"Pada suatu hari Rasulullah shollallahu'alaihiwasallam shalat berjamaah bersama kami, kemudian beliau menghadap kepada kami, lalu beliau memberi kami nasehat dengan nasehat yang sangat mengesan, sehingga air mata berlinang, dan hati tergetar. Kemudian ada seorang sahabat yang berkata: Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat seorang yang hendak berpisah, maka apakah yang engkau wasiatkan (pesankan) kepada kami? Beliau menjawab: Aku berwasiat kepada kalian agar senantiasa bertaqwa kepada Allah, dan agar senantiasa setia mendengar dan taat, walaupun ia (pemimpin/penguasa) adalah seorang budak ethiopia, karena barang siapa yang berumur panjang setelah aku wafat, niscaya ia akan menemui banyak perselisihan. Maka hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah kholifah-kholifah yang telah mendapat petunjuk lagi cerdik. Berpegang eratlah kalian dengannya, dan gigitlah dengan geraham kalian. Jauhilah oleh kalian urusan-urusan yang diada-adakan, karena setiap urusan yang diada-adakan ialah bid'ah, dan setiap bid'ah ialah sesat." (Riwayat Ahmad 4/126, Abu Dawud, 4/200, hadits no: 4607, At Tirmizy 5/44, hadits no: 2676, Ibnu Majah 1/15, hadits no:42, Al Hakim 1/37, hadits no: 4, dll)

Inilah wasiat Rasulullah shollallahu'alaihiwasallam, yaitu senantiasa menjalankan syari'at Rasulullah shollallahu'alaihiwasallam yang murni bersih dari noda-noda bid'ah dan juga kesyirikan. Wasiat beliau ini sering beliau sampaikan kepada ummatnya, agar umatnya senantiasa ingat dan tidak melalaikannya. Dalam berbagai kesempatan beliau mengulang-ulangnya dengan teks yang berbeda-beda, akan tetapi kandungannya sama, diantaranya ketika beliau beliau menyampaikan khutbah hari arafah pada haji wada':

وقد تركت فيكم ما إن تمسكتم به لن تضلوا بعده إن اعتصمتم به كتاب الله. رواه مسلم

"Sungguh aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian, satu hal yang bila kalian berpegang teguh dengannya, niscaya selama-lamanya kalian tidak akan tersesat, bila kalian benar-benar berpegang teguh dengannya, yaitu kitab Allah (Al Qur'an)." (Muslim)

Dari wasiat ini kita dapat menarik suatu prinsip dan sekaligus standar kebenaran dalam agama islam. Prinsip dan standar tersebut ialah: "Al Qur'an dan As Sunnah dengan pengamalan yang selaras dengan pengamalan yang pernah diterapkan oleh Rasulullah shollallahu'alaihiwasallam beserta para sahabatnya, yang diantaranya oleh khulafa' ar rasyidun". Sehingga jelaslah bahwa setiap yang menyelisihi prinsip ini adalah sesat dan menyesatkan.

Berdasarkan prinsip ini syari'at Islam tidak membenarkan adanya kultus terhadap seseorang sepeninggal Rasulullah shollallahu'alaihiwasallam. Dan tidak ada orang yang ma'shum (terlindung dari kesalahan) selain Rasulullah shollallahu'alaihiwasallam, yang demikian ini karena Rasulullah shollallahu'alaihiwasallam seperti yang dinyatakan dalam ayat berikut:

وما ينطق عن الهوى إن هو إلا وحي يوحى

"Dan ia tidaklah mengucapkan menurut hawa nafsunya, ucapannya tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (QS. An Najem: 3-4)

Adapun selain beliau shollallahu'alaihiwasallam pasti memiliki kesalahan, kekurangan, dosa, kekhilafan dan kelalaian, sebagaimana yang ditegaskan dalam hadits berikut:

كل ابن آدم خطاء وخير الخطائين التوابون. رواه أحمد والترمذي والدارمي والحاكم وغيرهم

"Setiap anak keturunan Adam adalah pelaku kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan ialah orang yang banyak bertaubat." (Riwayat Imam Ahmad, At Tirmizy, Ad Darimy Al Hakim dll)

Berdasarkan ini Imam Malik bin Anas rahimahullah pernah menyatakan:

كل أحد يؤخذ من قوله ويترك إلا صاحب هذا القبر صلى الله عليه وسلم

"Setiap orang pasti boleh diambil ucapannya dan juga boleh ditinggalkan selain ucapan penghuni kuburan ini (yaitu Rasulullah) shollallahu'alaihiwasallam." (Siyar A'alam An Nubala' 8/93).

Imam As Syafi'i rahimahullah juga berwasiat kepada kita semua dengan berkata:

ذا صح الحديث عن رسول الله صلى الله عليه و سلم فقلت قولا فأنا راجع عن قولي وقائل بذلك

"Bila suatu hadits telah terbukti keshahihannya dari Rasulillah shollallahu'alaihiwasallam, kemudian aku berpendapat (menyelisihinya), maka aku telah meninggalkan pendapatku tersebut, dan mengikuti hadits tersebut." (Hilyatul Auliya' oleh Abu Nu'aim Al Asbahany 9/107).

Beliau (imam Syafi'i rohimahullah -ed) juga berpesan:

إذا وجدتم لرسول الله صلى الله عليه و سلم سنة فاتبعوها ولا تلتفتوا إلى قول أحد

"Bila kamu telah mendapatkan suatu hadits dari Rasulillah shollallahu'alaihiwasallam, maka ikutilah, dan janganlah engkau menoleh ke pendapat siapapun." (Hilyatul Auliya' oleh Abu Nu'aim Al Asbahany 9/107).

Imam Syafi'i sering sekali mengulang-ulang wasiat ini, dan saking banyaknya ucapan beliau yang semakna dengannya, sampai-sampai As Subky -salah seorang ulama' mazhab As Syafi'i – menuliskan karya ilmiyyah dengan judul:

معنى قول الإمام المطلبي : إذا صح الحديث فهو مذهبي

"Makna ucapan Imam Al Muthalliby (As Syafi'i): 'Bila suatu hadits telah terbukti keshahihannya, maka itulah mazhabku/pendapatku.'

Bila hal ini telah jelas bagi kita, maka tidak ada alasan bagi siapapun untuk hidup dalam dunia sempit bak katak dalam tempurung dalam beragama, sehingga senantiasa beranggapan bahwa kebenaran hanya milik kelompok tertentu atau guru tertentu atau aliran tertentu.

Kedua:

Abu Altov kemudian berkata:

"Karena ilmu ini sangat asing dan jarang (sesuatu yang asing dan jarang pasti tidak mudah didapat dan dipahami) dan pasti suatu saat akan meninggalkan kita. Saya akan bersedih dan menangis karena ilmu ini akan terangkat."

Saya amat heran dengan komentar dan keterangan saudara Abu Altov. Dari manakah sumber dan apakah dalil ucapannya ini?! Ucapannya ini jelas-jelas menyelisihi realita, sebab Al Qur'an dan As Sunnah yang merupakan sumber ilmu telah merata dan menyebar luas di masyarakat, setiap orang dapat membacanya dan mengkajinya. Sehingga ilmu itu tidak jarang dan juga tidak asing. Yang asing adalah pemahaman dan pengamalannya, betapa banyak yang membaca Al Qur'an, akan tetapi berapakah dari mereka yang paham artinya? Dan dari yang paham artinya, berapakah yang paham akan kandungannya? Dan dari yang paham akan kandungannya, berapakah yang mengamalkannya? Dari yang mengamalkannya, berapakah yang menyerukan dan mengajarkannya kepada orang lain dengan baik dan benar? Inilah yang jarang dan sedikit. Adapun Ilmu agama, maka telah merata dan banyak, yaitu dengan dibukukannya Al Qur'an dan hadits Nabi shollallahu'alaihiwasallam.

Oleh karena itu saya heran terhadap ucapan saudara Abu Altov ini, apakah maksudnya dan kandungan apa yang sedang ia siratkan dari ucapannya ini? Apakah yang ia maksud adalah ilmu yang terkandung dalam Al Qur'an dan hadits Nabi shollallahu'alaihiwasallam yang sekarang ada di rumah-rumah umat islam (selain warga LDII) atau di toko-toko kitab, pesantren-pesantren, perpustakaan para ulama', ustadz, kiyai, muballigh, dan santri-santri tidak sah karena tidak disampaikan oleh guru LDII?! Ataukah LDII memiliki sumber ilmu (baca: Al Qur'an dan hadits-hadits) yang tidak dimiliki oleh masyakat umum di luar kelompoknya?

Ditambah lagi, anggapan bahwa ilmu agama itu tidak mudah dipahami, adalah suatu anggapan dan doktrin yang sesat lagi menyesatkan, sebab menyelisihi dan mendustakan berbagai dalil, diantaranya firman Allah Ta'ala:

فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

"Sesungguhnya Kami mudahkan Al Qur'an itu dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran." (QS. Ad Dukhan: 57), dan pada ayat lain Allah Ta'ala berfirman:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

"Dan sesungguhnya Kami telah mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?" (QS. Al Qomar: 17)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan ayat ini dengan berkata: "Sesungguhnya Kami mudahkan Al Qur'an ini yang telah Kami turunkan, sehingga menjadi mudah, jelas, gamblang dengan menggunakan bahasamu (bahasa arab) yang merupakan bahasa yang paling fashih (jelas), gamblang, indah dan tinggi." (Tafsir Ibnu Katsir 3/147).

Ucapan Abu Altov ini menurut hemat saya adalah suatu doktrin yang amat buruk sekali yang mungkin ini adalah belenggu yang telah dililitkan oleh tokoh-tokoh LDII di leher setiap pengikutnya, agar mereka tidak mendengar dan membaca dari selain kelompoknya. Dan ucapan ini –menurut hemat saya- adalah salah satu bukti nyata akan kebenaran sabda Nabi shollallahu'alaihiwasallam berikut ini:

يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله ينفون عنه تحريف الغالين وانتحال المبطلين وتأويل الجاهلين . رواه البيهقي

"Yang (layak) memikul ilmu ini (ilmu agama) pada setiap generasi adalah orang-orang yang berkredibilitas tinggi. Mereka akan menepis penyelewengan orang-orang yang ekstrim (berlebih-lebihan) dan ajaran orang-orang sesat, dan takwil orang-orang bodoh." (Riwayat Al Baihaqy)

Adapun diangkatnya ilmu, maka itu adalah suatu hal yang telah menjadi sunnatullah (ketentuan/takdir Allah) sebagaimana yang dikabarkan dalam hadits berikut:

إن الله لا يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من العباد ولكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى إذا لم يبق عالما اتخذ الناس رؤوسا جهالا فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا. متفق عليه

"Sesungguhnya Allah tidaklah mengangkat ilmu dengan cara mencabutnya dari manusia, akan tetapi Ia mengangkat ilmu dengan cara mematikan para ulama', hingga bila Allah tidak menyisakan lagi seorang ulama'-pun, niscaya manusia akan mengangkat orang-orang bodoh sebagai pemimpin mereka, kemudian mereka ditanya, dan mereka pun menjawab dengan tanpa ilmu, maka mereka pun sesat dan menyesatkan." (Muttafaqun 'alaih)

Dan mungkin fakta diangkatnya ilmu inilah yang menjadikan kelompok LDII senantiasa eksklusif, dan takut bila ajarannya diketahui oleh khalayak umum secara terbuka. Alasan sikap mereka ini hanya ada satu, yaitu seperti yang ditegaskanoleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah:

إذا رأيت قوما يتناجون في دينهم بشيء دون العامة فاعلم أنهم على تأسيس ضلالة. رواه اللالكائي وابن أبي عاصم.

"Bila engkau mendapatkan suatu kaum yang berbicara tentang agama mereka dengan suatu hal yang dirahasiakan dari masyarakat umum, maka ketahuilah bahwa mereka sedang merintis kesesatan." (Riwayat Al Lalaka'i dan Ibnu Abi 'Ashim)

Ketiga:

Saudara Abu Altov berkata:

"Saya akan bersedih dan menangis karena ilmu ini akan terangkat, tinggallah generasi kita yang hanya mengikuti kitab-kitab karangan, kitab-kitab terjemahan. kitab-kitab cetakan, ucapan-ucapan si A, Si B, si C."

Menangislah dan bersedihlah, karena antum telah beranggapan bahwa Al Qur'an dan As Sunnah adalah ilmu langka. Dan menangislah serta selalu bersedihlah, karena antum telah mengganggap bahwa kebenaran (Al Qur'an dan As Sunnah) yang ada di masyarakat sudah tidak ada harganya, sehingga antum merasa kesulitan untuk mendapatkan ilmu, dan kesulitan untuk memahami Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah shollallahu'alaihiwasallam.

Teruslah menangis dan bersedih, karena ternyata sebagian orang yang berada disekitar antum termasuk orang-orang yang digambarkan oleh ibnu Abbas dalam kisah berikut:

عمر بن الخطاب رضي الله عنه ذات يوم يحدث نفسه، فأرسل إلى ابن عباس فقال: كيف تختلف هذه الأمة ونبيها واحد وكتابها واحد وقبلتها واحدة؟ فقال ابن عباس: يا أمير المؤمنين إنا أنزل علينا القرآن فقرأناه وعلمنا فيم أنزل، وإنه سيكون بعدنا أقوام يقرأون القرآن ولا يعرفون فيم نزل، فيكون لكل قوم فيه رأي، فإذا كان لكل قوم فيه رأي اختلفوا، فإذا اختلفوا اقتتلوا، فزبره عمر وانتهره، فانصرف ابن عباس ثم دعاه بعد فعرف الذي قال، ثم قال إيه أعد علي. رواه سعيد بن منصور

"Pada suatu hari Umar bin Al Khatthab rodiallahu'anhu sedang merenung, kemudian ia memanggil Ibnu Abbas dan bertanya kepadanya: Bagaimana umat ini dapat berselisih, padahal nabinya satu, kitab sucinya satu dan qiblatnya juga satu? Maka Ibnu Abbas menjawab: Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Al Qur'an diturunkan kepada kita, kemudian kita membacanya, dan kita mengetahui berkenaan dengan apa ayat-ayat Al Qur'an itu diturunkan. Dan sesungguhnya setelah zaman kita nanti, akan ada orang-orang yang membaca Al Qur'an dan tidak mengetahui berkenaan dengan apa ayat-ayat Al Qur'an itu diturunkan, sehingga masing-masing kelompok akan memiliki penafsiran sendiri-sendiri tentangnya. Dan bila setiap kelompok telah memiliki penafsiran sendiri-sendiri, niscaya mereka akan berselisih. Dan bila mereka telah berselisih, niscaya mereka akan saling berperang. Maka Umar menariknya dengan kuat dan memarahinya, lalu Ibnu Abbas berpaling dan pergi. Kemudian selang beberapa saat, Umar memanggilnya lagi dan ia telah memahami (menyetujui) jawabannya, kemudian ia berkata: Ulangilah sekali lagi jawabanmu itu." (Riwayat Sa'id bin Manshur dalam kitabnya As Sunnan 1/176, no: 42)

Keempat:

Saudara Abu Altov berkata:

"sekarang ilmu ini siap-siap akan berpindah kenegara lain, selain mekah madinah. Sehingga yang disini Insya Allooh sebagian akan hijrah pula, bila Allah mengizinkan saya dan keluargapun ingin hijrah."

Apakah dalil antum dalam sangkaan dan dakwaan ini, darimanakah antum mengetahui hal gahib?! Apa indikasi/pertanda berpindahnya ilmu dari negri Mekkah dan Madinah? Menurut antum, ilmu akan berpindah ke negri mana? Bukankah dakwaan antum ini bertentangan dengan sabda Nabi shollallahu'alaihiwasallam berikut ini:

إن الإسلام بدأ غريبا وسيعود غريبا كما بدأ وهو يأرز بين المسجدين كما تأرز الحية إلى جحرها. رواه مسلم

"Sesungguhnya agama Islam datang (turun) dalam keadaan asing, dan akan kembali menjadi asing sebagaimana ketika datang pertama kali, dan Islam itu akan kembali ke antara dua masjid (Masjid Haram dan Masjid Nabawi) layaknya seekor ular kembali ke lubangnya." (Riwayat Muslim)

Ustadz Muhammad Arifin bertanya:

Bukankah orang yang membaca Al Quran kemudian membaca tafsirnya yang telah dibukukan oleh para ulama' misalnya tafsir at thabari, Ibnu Katsir dll berarti telah mengambil ilmunya dengan cara mangkul?

Abu Altov menjawab:

"Kalau demikian saya tidak tahu. Tetapi, adakah hal ini sesuai dengan penyampaian ilmu dari guru kepada murid? kalau iya berarti saya cukup membeli buku saja dan terus saya amalkan, siapa gurunya? ya buku dan pencetaknya itu, namanya manusia tempat salah terlebih bila cetakannya salah bagaimana mengamalkan ibadah, siapa yang salah, siapa yang bertanggungjawab karena ilmu ini adalah ilmu masalah akhirot."

Mengomentari penggalan ucapan Abu Altov ini saya hendak mengatakan: Allah Ta'ala telah memudahkan Al Qur'an sehingga dapat dipahami dengan mudah, oleh karena itu dalam setiap ayat atau hadits, yang memerintahkan manusia untuk membaca, merenungi dan mentadabburi ayat-ayat Allah tidak disebutkan persyaratan harus dibimbing oleh seorang guru, apalagi dari kelompok tertentu, apalagi dari kelompok LDII saja. Diantara dalil-dalil tersebut ialah firman Allah Ta'ala berikut:

أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ اخْتِلاَفًا كَثِيراً

"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya." (QS. An Nisa': 82)

Saya yakin orang-orang LDII tidak akan dapat menyebutkan satu ayat atau hadits yang mensyaratkan belajar harus dari guru, bila tidak maka ilmu yang ia peroleh tidak sah atau tidak benar.

Memang benar dan saya setuju bahwa belajar dari guru yang telah menghabiskan umur dan waktunya dalam mengkaji dan mempelajari ilmu akan lebih baik hasilnya dan lebih cepat daripada belajar sendiri, serta akan lebih sedikit kesalahannya. Akan tetapi hal itu tidak berati tidak sah dan tidak boleh membaca Al Qur'an langsung dari Mushaf dan tanpa ada guru yang membimbing atau membaca hadits dari kitab-kitab hadits serta syarahnya dengan sendiri tanpa dibimbing oleh seorang guru. Apalagi harus dari kelompok tertentu, misalnya LDII, maka jelas lebih tidak ada dalilnya, lha wong LDII baru ada kemaren sore…

Sebagai salah satu dalil yang meruntuhkan doktrin dan belenggu LDII ini ialah kisah berikut:

عن أبي جحيفة قال: قلت لعلي رضي الله عنه : هل عندكم شيء من الوحي إلا ما في كتاب الله؟ قال: والذي فلق الحبة وبرأ النسمة ما عندنا إلا ما في القرآن إلا فهما يعطيه الله رجلا في القرآن. رواه البخاري.

"Dari Abu Juhaifah, ia berkata: Aku pernah berkata kepada sahabat Ali (bin Abi Thalib): Apakah anda memiliki wahyu selain yang tercantum dalam Kitabullah (Al Qur'an)? Beliau menjawab: Sungguh demi Dzat Yang Telah Membelah biji-bijian, dan Yang Telah Menciptakan Manusia, aku tidak mengetahui wahyu selain yang termaktub dalam Al Qur'an,kecuali pemahaman yang Allah karuniakan kepada seseorang terhadap Al Qur'an." (Riwayat Al Bukhari)

Pada kisah ini sahabat dan sekaligus Khalifah Ali bin Abi Thalib menyatakan bahwa ia tidak memiliki wahyu yang dikhususkan oleh Allah dan Rasul-Nya untuk beliau atau yang hanya diketahui oleh beliau saja. Beliau hanya memiliki pemahaman terhadap Al Qur'an yang mungkin tidak dimiliki oleh orang muslim lainnya. Pernyataan beliau ini membuktikan bahwa pemahaman terhadap Al Qur'an tidak mesti ditimba dari guru, bahkan beliau menyatakan bahwa bisa saja Allah membukakan hati atau melimpahkan pemahaman kepada seseorang tanpa harus mendapatkan pemahaman tersebut dari seorang guru.

Kesimpulan saya ini selaras dengan sabda Nabi shollallahu'alaihiwasallam berikut ini:

نضَّر الله أمرأً سمع منا حديثا فحفظه حتى يبلغه غيره، فرب حامل فقه إلى من هو أفقه منه، ورب حامل فقه ليس بفقيه. رواه أحمد وأبو داود والترمذي والدارمي وغيرهم

"Semoga Allah melimpahkan kebahagiaan kepada orang yang mendengarkan suatu hadits (sabda) dari kami kemudian ia menghafalnya hingga ia sampaikan kepada orang lain. Bisa saja ada orang yang mengemban (menyampaikan) ilmu kepada orang yang lebih faham (faqih) dari dirinya, dan bisa saja ada orang yang mengemban (menyampaikan) ilmu sedangkan dia tidak faqih (tidak paham)." (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, At Tirmizy, Ad Darimy dan lainnya)

Pada hadits ini Rasulullah shollallahu'alaihiwasallam menyebutkan sebagian realita para pengemban ilmu, dan diantara yang beliau sebutkan ialah:

1. Kadang kala orang yang menghafal sesuatu ilmu (Al Qur'an & hadits) kemudian ia mengajarkannya kepada murid-muridnya, dan ternyata muridnya lebih bagus dan luas pemahamannya terhadap ayat atau hadits yang disampaikan oleh gurunya tersebut.

2. Dan kadang kala ada guru yang menyampaikan ilmu (Ayat & Hadits) kepada murid-muridnya, akan guru tersebut tidak memahami ayat dan hadits tersebut, dan murid-muridnya justru memahaminya dengan baik.

Dari kedua fenomena ini, kita simpulkan bahwa suatu pemahaman terhadap ayat atau hadits bila itu sesuai dengan metode yang ilmiyyah sehingga pemahaman tersebut benar, maka pemahaman itu dapat diamalkan dan sah, walaupun pemahaman tersebut tidak diperoleh dari seorang guru, apalagi dari LDII. Dan pemahaman murid yang tidak didapatkan dari gurunya tersebut oleh Rasulullah shollallahu'alaihiwasallam dibenarkan dan tidak disalahkan, karena hadits di atas bermaknakan pujian terhadap seluruh macam orang yang disebutkan di dalamnya.

Bila hal ini telah jelas, maka belenggu "mangkul" yang dipasang di leher setiap anggota LDII tidak lagi ada artinya. Atau dengan kata yang lebih lugas, amat dimungkinkan bahwa guru-guru LDII adalah bagian dari sabda Nabi shollallahu'alaihiwasallam:

ورب حامل فقه ليس بفقيه

"…Dan bisa saja ada orang yang mengemban (menyampaikan) ilmu sedangkan dia tidak faqih (tidak paham)."

Bila demikian maka tidak ada bedanya belajar dari guru dengan belajar dari membaca kitab dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Sama-sama memiliki kemungkinan salah: salah paham, salah cetak.

2. Bisa saja guru perannya tak ubah sebuah kitab, bisanya hanya sebatas membacakan, akan tetapi ia tidak paham.

3. Belenggu "mangkul" ala LDII tidak lagi berlaku dan sesat lagi menyesatkan, sebab menyelisihi berbagai dalil, baik dari Al Qur'an atau hadits atau naluri sehat.

Abu Altov berkata:

"Berhubung keterbatasan waktu, tempat, keadaan diri saya yang sangat tidak memungkinkan, maka dalam mencari ilmu agama yang terkait sangat erat sekali dengan masalah ibadah, masalah pahala, masalah surga, saya tidak macam-macam cukup sesuai dengan kriteria atau syarat-syarat syahnya ilmu itu yaitu guru menerangkan, menjelaskan secara langsung dan baik dari alquran maupun hadits (bukhori, muslim, nasai, ibnu majah dan hadits lainnya) yang penting bukan hasil karangan dan muridpun menyimak baik apa yang disampaikan guru baik yang membawa kitab maupun yang tidak."

Ustadz Muhammad Arifin Badri:

Mengomentarai perkataan Abu Altov ini, saya katakan: persyaratan ini hanyalah belenggu yang dililitkan oleh tokoh-tokoh LDII kepada setiap anggotanya, proteksi agar mereka tidak terbuka dan mencari kebenaran dengan menggunakan metode yang ilmiyyah, yaitu berfikir, merenungkan dan membandingkan berbagai pendapat, manakah yang lebih dekat atau bahkan selarasa dengan Al Qur'an dan As Sunnah.

Dan pada kesempatan ini saya ingin bertanya: Menurut doktrin LDII, sahkah keislaman orang kafir yang telah mengucapkan 2 kalimat syahadat akan tetapi pengucapannya tersebut tidak dibimbing oleh seorang guru baik dari LDII atau lainnya, melainkan dari hasil belajar sendiri?

Bila LDII menyatakan tidak sah, maka berarti LDII menentang dan mengkufuri sabda Nabi shollallahu'alaihiwasallam berikut ini:

عن عبادة بن الصامت قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : من شهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأنَّ محمَّداً عبدُهُ ورسُولُهُ، وأَنَّ عيسى عبد الله ورسُولُهُ، وكلمَتُهُ ألقَاهَا إلى مريم وروحٌ منه، والجنَّة حقٌّ والنَّارُ حقٌّ، أدخلَهُ اللهُ الجنَّةَ على

Read More..

Senyum dan Hatimu...!, Hanya Itu.

. Kamis, 10 April 2008
0 komentar

http://www.bolajon.com/image/hijab1.jpg

Kala mentari menyeruak di ufuk timur, saat dikumandangkan adzan subuh, aku terbangun dari peraduan semalam. Alunan syair-syair pengingat hati bersaut-sautan diantara beberapa masjid yang memang tersebar disekitar lingkungan aku tinggal.

Terdiam aku sejenak dan bergegas menuju kamar mandi sekalian berwudlu, berkemas rapi menuju tempat sujud untuk menghamparkan hati, jiwa dan ragaku ke hadapan Allahurabbul 'Aalamiin.

Dalam do'a dan sujudku aku mohon kepadamu ya Rabb, untuk bisa menyelesaikan tugasku sebagai hamba yang telah engkau beri amanat untuk menjalani hidup ini dengan penuh ikhlas dan selalu dalam lindungan dan ridlo-Mu.

Dalam do'a dan sujudku aku sering berfikir untuk bisa bersanding dengan belahan hati yang mengerti, mengabdi dan ridlo hanya atas nama-Mu ya...Allah, namun belum mampu bibir ini mengucap do'a kepada-Mu.

Duhai belahan hati, Aku hanya menginginkan senyum dan hatimu...!

Oleh : Cakyoud

Read More..

Mereka Muallaf karena Merasa Damai dengan Islam

. Rabu, 09 April 2008
0 komentar

http://www.eramuslim.com/fckfiles/pic02(327).jpg

Populasi warga Muslim di Eropa cenderung meningkat dengan makin banyaknya warga Eropa yang beralih memeluk agama Islam. Christian Science Monitor (CSM) seperti dikutip Islamonline menyebutkan, meskipun tidak diketahui berapa jumlah pastinya, para pengamat yang mengamati komunitas warga Muslim di Eropa memperkirakan ada ribuan wanita dan laki-laki Eropa yang masuk Islam setiap tahunnya.

Para peneliti baik Muslim dan Non Muslim mengungkapkan, ajaran-ajaran agama Islam telah menarik minat banyak warga Eropa yang 'mencari kedamaian dalam hatinya dan bereaksi atas ketidakpastian moral di kalangan masyarakat Barat.'

Mary Fallot yang masuk Islam tiga tahun yang lalu mengatakan, "Buat saya, Islam adalah pesan cinta, toleransi dan perdamaian."

Meski demikian, para peneliti pada CSM mengakui ada mualaf yang tertarik dengan aliran Islam yang radikal, tapi jumlahnya tidak banyak. Beberapa diantaranya dihukum karena dituding melakukan aksi teroris seperti Richard Reid yang dikenal sebagai 'pelaku bom sepatu' dan John Walker Lindh, warga AS yang ditangkap di Afghanistan.

Kepala intelejen dalam negeri Perancis, Pascal Mailhos dalam wawancara dengan harian yang terbit di Paris, Le Monde sempat mengungkapkan kekhawatirannya atas fenomena itu. Namun ia menyatakan,"Kita harus menghindari untuk menyamaratakan setiap orang."

Lebih Banyak Mualaf Perempuan

Lebih lanjut CSM mengungkapkan, para pakar mengakui hasil penelitian bahwa jumlah mualaf di Eropa lebih banyak dari kaum perempuan ketimbang laki-laki. Meski demikian ada yang berpendapat bahwa hal itu terjadi akibat perkawinan dengan laki-laki Muslim.

"Hal semacam itu sudah biasa, tapi belakangan ini makin banyak kaum perempuan yang memiliki pendirian sendiri," ujar Haifa Jawad, dosen di Universitas Birmingham, Inggris. Menurutnya, banyak juga laki-laki yang masuk Islam karena menikah dengan seorang Muslimah.

Ditanya soal apakah kehidupan cintanya berkaitan dengan keputusannya memeluk Islam, Fallot yang sejak kecil beragama Katolik hanya tertawa. "Ketika saya bilang pada kolega saya di kantor bahwa saya sudah masuk Islam, reaksi pertama mereka adalah menannyakan pada saya apakah saya punya pacar orang Islam," kisah Fallot.

"Mereka tidak percaya kalau saya melakukannya atas keinginan saya sendiri," tambah Fallot. Ia menyatakan, ketertarikannya pada Islam karena Islam memerintahkan umatnya untuk selalu dekat dengan Tuhan.

Alasan-alasan seperti itulah yang menurut para ahli, menjadi fenomena bagi makin banyaknya wanita Eropa yang memilih masuk Islam. "Banyak kaum perempuan yang bereaksi atas ketidakpastian moral yang berlaku di kalangan masyarakat Barat. Mereka menyukai rasa memiliki, kepedulian dan kebersamaan yang diajarkan dalam Islam," kata Dr. Jawad.

Yang lainnya, menyukai Islam karena ide-idenya tentang masalah-masalah kewanitaan maupun kaum laki-laki yang diatur dalam"Islam memberikan penghormatan pada keluarga dan kaum perempuan, perempuan bukanlah objek seks," kata Karin van Nieuwkerk,pakar yang mempelajari tentang mualaf dari kalangan perempuan.

Sarah Joseph, mualaf sekaligus pendiri majalah gaya hidup Muslim "Emel" mengatakan, para mualaf di kalangan kaum perempuan mencari sebuah gaya hidup yang indah, jauh dari ekses-ekses feminisme Barat yang kadang tidak akurat.

Sementara itu, Profesor Stefano Allievi dari Universitas Padua Italia mengungkapkan, beberapa mualaf mengemukakan alasan politik atas keputusan mereka memeluk Islam. "Islam menawarkan semangat spiritual dalam berpolitik, menawarkan ide sebuah tatanan yang suci. Alasan ini lebih cenderung diungkapkan laki-laki dan hanya sedikit mualaf perempuan yang mengungkapkan alasan seperti ini," papar Allievi.

Masa-Masa Sensitif

Diluar alasan itu semua, CSM dalam laporannya menuliskan, para mualaf mulai menjalani kehidupannya sebagai Muslim dan Muslimah baru pelan-pelan, mengadopsi kebiasaan Islam sedikit demi sedikit. Fallot misalnya, meskipun sekarang ia sudah mengenakan pakaian yang panjang dan longgar, tapi ia belum siap mengenakan jilbab.

Batool al-Toma yang mengelola program "New Muslim" di Yayasan Islam Leicester, Inggris mengungkapkan, tahap-tahap awal seseorang yang baru masuk Islam adalah tahap yang sensitif.

"Anda tidak percaya diri dengan pengetahuan anda, anda seorang pendatang baru dan bisa saja menjadi mangsa dari berbagai orang baik secara individu maupun organisasi. Pada saat yang sama, orang yang baru masuk Islam harus meninggalkan kebiasaan hidupnya yang lama," kata Al-Toma.

"Mereka yang mencari jalan yang ekstrim untuk membuktikan keIslaman dirinya bisa menjadi mangsa empuk dan akan mudah dimanipulasi," tambah Dr. Ranstop. Ia mencontohkan Muriel Degauque, seorang mualaf asal Belgia yang melakukan bom syahid dengan menyerang pasukan AS di Irak.

Meski jumlah mualaf di kawasan Eropa makin meningkat, namun masih banyak negara-negara Eropa yang bersikap diskriminatif dan membuat aturan ketat terhadap warga Muslim. Baru-baru ini, Organization for Security and Cooperation in Europe (OSCE) menyampaikan keprihatinannya akan makin meningkatnya sikap tidak toleransi pemerintah Belanda terhadap warga Muslim sehingga menimbulkan 'iklim ketakutan' di kalangan warga minoritas.

Laporan yang baru-baru ini dikeluarkan oleh Helsinki Federation for Human Right (IHF) juga menyatakan bahwa Muslim minoritas di seluruh Eropa telah mengalami diskriminasi, dicurigai sikap permusuhan yang makin meningkat.

(sumber : swaramuslim.com, eramuslim.com dll)

Read More..

Busana Muslimah, New Trend

.
0 komentar

Muslimah di negara-negara Eropa, dimana sebagian besar mereka merupakan lapisan muda dalam masyarakat, mampu memperkenalkan identitas Islam seorang perempuan, melalui pemilihan celana, pakaian-pakaian panjang dan kerudung berwarna-warni. Kaum perempuan ini telah berhasil mengangkat pakaian lengkap mereka sebagai mode yang disukai. Dalam beberapa laporan yang kami terima, dikatakan bahwa di tengah masyarakat Eropa, pakaian Islam yang dikenakan di lingkungan kerja dan acara-acara pertemuan, menarik perhatian sejumlah besar wanita dengan model pakaian moderen.

Selain indah dan mengandung kewibawaan, busana muslimah juga memancarkan kesederhanaan, dan menampilkan wajah perempuan muslimah yang terhormat, bersih dan terjaga. Dalam berita lain kita mendengar bahwa para produsen pakaian di Turki, juga menaruh perhatian besar untuk memproduksi pakaian-kaian Islami sebagai pakaian yang disukai dan diminati kalangan luas. Model pakaian dan busana muslimah yang menutup seluruh tubuh, telah menyedot sambtan luas kalangan wanita Turki.

Tidak heran pula jika kita dengar bahwa sejumlah pejabat Eropa menyatakan kecemasan mereka meyaksikan semakin meluasnya model pakaian seperti ini di negara-negara Eropa. Pada saat yang sama, diterimanya model pakaian muslimah ini di Barat, mengindikasikan adanya hubungan dekat antara hijab dan fitrah manusia, terutama kaum perempuan. Kecenderungan kepada mengenakan pakaian, merupakan bagian dari fitrah manusia, yang sekaligus merupakan pendorong yang sangat tepat bagi kemuliaan manusia itu sendiri.

Pada dasarnya hijab dan kebersihan diri, adalah dua nilai yang sangat diperhatikan dalam masyarakat manusia, terutama masyarakat Islam. Kedua hal tersebut juga selalu berada berdampingan. Hijab adalah pakaian yang menutupi tubuh jasmani manusia. Bentuk dan batas-batas pakaian ini bergantung kepada keyakinan agama seseorang dan adat-istiadat masyarakatnya. Pakaian wanita yang melindungi tubuh mereka dari pandangan-pandangan jahat para lelaki, disebut hijab. Sedangkan kebersihan diri, dalam bahasa Arab disebut "afaf" atau "iffah" adalah kondisi kejiwaan, dan seseorang yang menghiasi diri dengan perhiasan "iffah" ini akan dengan mudah mampu menguasai keinginan-keinginan hawa nafsunya.

Di dalam Al-Quranul Karim, iffah diartikan sebagai penjagaan dan kebersihan diri, yang kadang juga diibaratkan sebagai hijab yang melindungi bagian dalam manusia dari dosa dan kotoran-kotoran maknawi. Dengan kata lain, hijab dan pakaian yang menutup badan jasmani, tak lain merupakan hasil dan buah dari hijab ruhani. Dengan demikian, jika hijab dan iffah berjalan seiring dan seirama maka ia akan memebrikan makna yang sempurna, dan menghasilkan nilai-nilai postif yang diinginkan. Makna dan hasil yang seperti ini ditunjukkan oleh Marry, seorang gadis Kanada yang baru saja memeluk Islam sebagai agamanya, dan mengubah namanya menjadi Fatimah. Ia menerima dan mengenakan hijab karena busana muslimah ini mendatangkan keamanan jiwa baginya. Menurutnya, dimensi-dimensi hijab yang luas, membangkitkan identitas kemanusiaan pada seorang perempuan, dan oleh karena mengenakan busana muslimah ini mengandung tujuan-tujuan yang tinggi, maka ia pun memberikan makna dan tujuan yang mulia bagi kehidupannya.

Seorang psikolog, mengatakan, "Diantara perilaku sosial, terutama perilaku-perilaku tradisional, terkadang muncul perilaku-perilaku tendensius, yang membuat para pemikir tertarik untuk mengetahui logika apa yang tersembunyi di balik perilaku-perilaku tersebut. Karena perilaku-perilaku ini memiliki logika-logika tersembunyi yang sangat penting jika dilihat dari sudut pandang pemikiran sosial. Hijab tersusun dari keyakinan-keyakinan, hak-hak dan emosi, yang berjalin erat satu dengan yang lain, dan memiliki syarat-syarat sebuah perilaku yang efektif dan mengandung makna yang mulia. Dewasa ini, perilaku kebudayaan ini, secara umum, sudah semakin kuat dan kokoh, dan tampil sebagai tolok ukur penilaian seorang perempuan muslimah yang teguh dalam melaksanakan ajaran agamanya. Hijab menghantarkan pesan akhlak dan moral serta nilai-nilai maknawi kepada masyarakat luas."

Dari sudut pandang Islam, hijab adalah sebuah fenomena luas yang mencakup bidang-bidang politik, kebudayaan dan sosial. Hijab, memperkuat kesehatan moral dan kemandirian pribadi seorang perempuan, dan mencegah tersia-sianya energi dan usia mudanya, dikarenakan sikap pamer berlebihan dan tak pada tempatnya. Dalam hal ini, Islam memandang perampuan sebagai guru dasar-dasar akhlak dan sosial, dan meminta kepada mereka agar menjaga serta menunjukkan perilaku yang mulia. Dalam Al-Quran, Allah swt memberikan batasan-batasan hijab. Berkenaan dengan hijab dan penjagaan aurat wanita ini, Islam meminta kepada lelaki dan perempuan sekaligus dengan permintaan yang berbeda-beda. Jika dua permintaan ini terpenuhi, maka sempurnalah penjagaan aurat perempuan. Dari kaum lelaki, Islam meminta agar menjaga pandangan matanya dari hal-hal yang mendatangkan dosa. Sedangkan dari kaum perempuan Islam meminta agar menutup seluruh auratnya dari pandangan lelaki. Meskipun Islam memberikan batasan-batasan pakaian, baik bagi lelaki maupun bagi perempuan, tapi setiap masyarakat dapat memenuhi batasan-batasan tersebut seraya tetap memperhatikan adat-istiadat dan kebudayaan berpakaiannya.

Sesungguhnya, hijab Islam merupakan sauatu mekanisme untuk menciptakan keteraturan dan hubungan-hubungan yang sehat dntara lelaki dan perempuan. Pakaian yang sesuai akan menciptakan iklim dan suasana yang aman bagi perempuan pada khususnya, karena mereka akan terhindar dari ancaman yang datang dari lawan jenisnya. Tak bisa dimungkiri bahwa seorang lelaki akan terdorong nafsu syahwatnya, ketika memandang keindahan tubuh lawan jenisnya. Dan jika nafsu syahwat sudah terbangkitkan, maka ia akan mencari jalan pelampiasan. Hubungan lelaki dan perempuan, jika didorong oleh pencarian jalan pelampiasan seperti ini, jelas akan merupakan hubungan yang tidak sehat, tidak normal, dan tidak memberikan keamanan hidup bagi kaum perempuan.

Dua ajaran Islam dalam masalah ini, yaitu menahan pandangan mata (atau ghadldlul bashor "غض البصر") oleh kaum lelaki, dan penutup aurat oleh kaum perempuan, adalah dua resep yang harus berjalan berbareng dan seiring, untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat yang aman tetnteram, dan jalinan hubungan yang sehat dan wajar antara lelaki dan perempuan. Sebetulnya, jika tidak karena adanya pihak-pihak penguasa tertentu di negara Barat yang memiliki sikap anti terhadap Islam dan segala sesuatu yang melambangkan keislaman, maka hijab dan busana muslimah adalah sesuatu yang dapat diterima oleh masyarakat Barat.

Washington Post, menukil pendapat Madeline Zilvi, seorang dosen universitas Maryland, menulis, "Hijab adalah sebuah kata yang mengandung makna mendalam. Baik di dalam maupun di luar negara-negara Islam, hijab selalu memancarkan makna-makna yang luas, diantaranya ialah sikap tegas menentang dekadensi moral dan sebuah perilaku beragama yang sangat kokoh dan kuat. Hijab bersumber dari akar Islam, Al-Quran, Kitab Suci, memandang hijab sebagai suatu keharusan untuk menutup tubuh perempuan. Saat ini, proses cepat kecenderungan wanita Barat kepada hijab. Ini adalah bukti nyata dimana Islam telah memberikan identitas yang sangat agung kepada kaum perempuan."

Read More..

Cordoba

. Selasa, 08 April 2008
0 komentar

http://www.afropop.org/img/world_music/african_music/europe/spain/andalus2004/Sevilleskyline.jpg

Cordoba adalah salah satu kota di Andalusia yang terletak di belahan barat Spanyol. Kota ini memanjang di tepi kanan sungai Lembah Besar. Kordoba merupakan kota tua Iberia dengan nama Iberi Baht, kemudian orang Arab menyebutnya Qurthubah atau Cordoba.


Kota Cordoba didirikan pada masa Romawi di sekitar sungai Lembah Besar yang kemudian menjadi terkenal setelah terjadi konflik antara Karthajinah dengan Romawi. Cordoba pernah dikuasai oleh penguasa Romawi, Lothair, lalu dijadikan ibukota Spanyol pada tahun 169 SM. Sejak itu, Kordoba menjadi salah satu wilayah kekuasaan Imperium Romawi.

Pada abad pertama Masehi, Panglima Julius Caesar berhasil merebut Cordoba setelah terjadi perang Manda tahun 45 M. Tidak lama setelah itu Cordoba menjadi salah satu pusat kehakiman di Spanyol Selatan, di samping kota-kota lain seperti Qabis, Sicillia dan Istijah.

Pada saat Fendal, Sawaf dan Alan menyerbu pulau Iberia, tahun 409 M, Cordoba berada di bawah kekuasaan Inggris sampai Raja Goth Barat berhasil merebutnya pada tahun 568 M.

Penaklukan Islam:
Islam masuk ke kota Cordoba pada tahun 93 H atau 711 M. dibawa oleh Thariq bin Ziad yang datang memimpin pasukan Islam untuk menaklukkan Andalusia. Penaklukan Cordoba itu berjalan dengan mulus. Ketika itu, Thariq bin Ziad mengutus Mughis Al-Rumi ke Cordoba dengan 700 pasukan berkuda. Mereka memasuki kota itu pada malam hari dan berhasil menembus pagar kota kemudian menguasainya. Sejak itu, Cordoba menjadi kota Islam di Spanyol.

Cordoba diduduki oleh penguasa-penguasa Andalusia selama hampir tiga abad hingga runtuhnya kekhalifahan di Andalusia.

Samah bin Malik Al-Khulani adalah tokoh pembangun dan pengembang kota Kordoba hingga menjadi salah satu kota besar dunia.

Cordoba sebagai Pusat Ilmu Pengetahuan, Kebudayaan, Kesenian dan Kesusasteraan:
Abdurrahman Ad-Dakhil menjadikan kota Cordoba sebagai pusat ilmu pengetahuan, kebudayaan, kesenian dan kesusasteraan untuk seluruh Eropa. Ia mengundang ahli-ahli hukum Islam, sains, filsafat dan syair untuk berkunjung ke Cordoba.

Pada masa kekuasaan Abdurrahman An-Nashir, kemudian masa kekuasaan putranya, Hakam, kota Cordoba berhasil mencapai tingkat kesejahteraan dan kekayaan yang belum pernah dicapai sebelumnya. Saat itu Cordoba sejajar dengan Bagdad, ibukota Dinasti Abbasiah; Konstantinopel, ibukota Bizantium; dan Kairo, ibukota Dinasti Fatimiah. Duta-duta Cordoba diutus sampai ke wilayah yang sangat jauh seperti India dan Cina. Begitu pula sebaliknya, duta-duta asing, seperti dari Bizantium, Jerman, Perancis, Italia dan kerajaan-kerajaan lain di Eropa, Spanyol Utara, Arfrika Utara dan suku-suku Afrika lainnya terdapat di Cordoba.


Objek Budaya:
Universitas Cordoba yang dibangun oleh Abdurrahman III, di samping Mesjid Raya, merupakan lembaga pendidikan dan kebudayaan paling terkemuka pada zaman itu.

Kordoba berhasil mencapai puncak kejayaan ilmiahnya pada masa Hakam Al-Mustanshir yang sangat memperhatikan berbagai disiplin ilmu, sampai mendapat gelar Khalifah Cendekia.


Tokoh-tokoh Kordoba:
Di Kordoba terdapat banyak ulama Muslim dengan disiplin ilmu yang berbeda-beda seperti Ibn Hazm, Qurthubi, Ibn Rusyd, Al-Zahiri, Ibn Wafid, Ibn Jaljal, Al-Ghafiqi, Al-Idrisi, Abbas bin Farnas dan lain-lain.

Read More..

Al Quds(Jerusalem)

. Minggu, 06 April 2008
0 komentar

http://www.atlastours.net/holyland/jerusalem.jpg

Al Quds terletak pada posisi 35° bujur timur dan 31° lintang utara. Salah satu kota tertua di muka bumi. Didirikan pada tahun 3000 S.M. Di dalamnya terletak Masjidil Aqsa, mesjid tertua setelah Masjidil Haram. Bukhari dan imam lain meriwayatkan, bahwa Nabi ShallAllohu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya, yang artinya: “Mesjid apa yang pertama dibangun di muka bumi?” Beliau menjawab, “Masjidilharam.” Ditanya lagi, “Kemudian mesjid apa?” Beliau menjawab, “Masjidilaksa.” Ditanya lagi, “Berapa lama selang waktu antara keduanya?” Beliau menjawab, “Empat puluh tahun.”

Gerakan penaklukan Islam mulai memasuki Al Quds setelah kekalahan Romawi pada perang Yarmuk. Dengan ini jalan menuju Baitul Maqdis menjadi terbuka lebar. Abu Ubaidah bin Jarrah rradhiyallahu 'anhu, panglima perang kaum Muslimin ketika itu, meminta khalifah Umar bin Khatab radhiyallahu 'anhu untuk datang ke kota Al Quds karena penduduknya tidak mau menyerahkan kota tersebut kecuali kepada khalifah sendiri. Umar pun datang pada tahun 15 H/636 M. Dia lalu memberikan jaminan keamanan kepada penduduk, berjanji akan menjaga nyawa, harta dan gereja, serta tidak memperbolehkan bangsa Yahudi untuk hidup bersama mereka dan memberikan kebebasan beragama dengan imbalan membayar jizyah. Dia menolak untuk melakukan sholat di gereja Kiamat agar tidak dicontoh oleh kaum Muslimin yang lain. Setelah itu dia pergi menuju Masjidil Aqsa, dan membersihkan sendiri kotoran-kotoran yang ada di atas Shakhrah, lalu membangun mesjid di pojok selatan.

Dalam Islam, Masjidil Aqsa mempunyai posisi yang sangat tinggi. Dia adalah kiblat pertama. Nabi ShallAllohu 'alaihi wa Sallam melakukan sholat dengan menghadap ke Masjidil Aqsa selama 17 bulan lalu berpindah ke Masjidil haram.

Dari Masjidil Aqsa Nabi ShallAllohu 'alaihi wa Sallam mikraj menuju langit, setelah sebelumnya di isra' kan pada waktu malam dari Masjidil Haram dan mengimami sholat para nabi di Masjidil Aqsa.

Dalam perjalanan sejarah Islam, para penguasa kaum Muslimin banyak mencurahkan perhatian yang besar terhadap kota yang penuh berkat ini. Pada masa dinasti Bani Umaiyah, Abdul Malik bin Marwan membangun Qubbah al-Sakhrah (72 H/691 M), dan Walid bin Abdul Malik membangun Masjidil Aqsa beberapa tahun setelah itu.

Perhatian itu terus berlanjut pada masa dinasti Abbasiyah hingga negara Islam lemah dan Al Quds jatuh ke tangan tertara salib dan menguasainya selama kurang lebih 100 tahun. Kemudian baru dibebaskan oleh Salahuddin Al-Ayyubi.

Pada masa dinasti Turki Usmani, Al Quds terus mendapatkan perhatian yang besar dan tetap aman hingga Turki Usmani lemah dan jatuh. Kota Al Quds, kemudian jatuh ke dalam kungkungan penjajahan bangsa Yahudi dan berlanjut sampai sekarang.

(sumber : mediamuslim.info, travelnytimes)

Read More..

Konselling Dengan Si mBah...!?

.
0 komentar

Fenomena mendatangi mBah dukun, paranormal atau "orang pintar" kini semakin mengakar kuat di masyarakat. Entah berapa banyak pejabat, pengusaha, kalangan profesional, intelektual dan rakyat biasa telah menjadi konsumen atau pelanggan jasa perdukunan. Kondisi ini merupakan lahan subur bagi dunia perdukunan dan paranormal. Mereka kian gencar beriklan tentang kemampuan dan kesaktiannya.

Padahal si mBah dukun/paranormal tidak mempunyai "kelebihan" melainkan dengan cara berbakti, tunduk, taat dan menyembah jin. Berendam di pertemuan dua sungai, tapa dan meditasi di gua-gua, puasa mutih, menyembelih hewan dengan kriteria tertentu adalah sebagian bentuk dari penyembahan jin.

Allah berfirman: "(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu." (Al-Jin: 26).

Pengobatan alternatif, pengisian ilmu kesaktian, susuk, azimat, wafak, pengasihan dan lainnya dalam praktiknya banyak menggunakan jin dan setan. Setiap praktik si mBah dukun/paranormal yang menggunakan syarat, mahar, perantara dan mantera pantas dicurigai. Lewat syarat itulah, apakah namanya susuk atau azimat, jin masuk dengan cara yang disadari atau tidak disadari.

Mendatangi mBah dukun/paranormal adalah awal dari rentetan kesusahan. Menyelesaikan masalah dengan menambah masalah. Jin dan setan akan terus menanamkan rasa takut, gelisah dan ketergantungan bagi para konsumen dan pengguna jasanya, yang menyebabkan ia tak akan lepas dari pengaruhnya. Syarat-syarat yang beraneka ragam -dari yang tidak rutin atau rutin dikerjakan pada waktu atau tempat tertentu- itulah bukti nyata kekuasaan jin atas konsumennya.

"Dan bahwasanya ada beberapa orang di antara manusia meminta perlindungan kepada jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka rahaqo." (Al-Jin: 6). Arti rahaqo dalam ayat ini menurut Qatadah ialah dosa dan menambah keberanian bagi jin pada manusia. Rahaqo juga berarti ketakutan (Abul Aliyah, Ar-Rabi', dan Zaid bin Aslam). Ketika jin tahu manusia minta perlindungan karena takut pada mereka, maka jin menambahkan rasa takut dan gelisah agar manusia semakin tambah takut dan selalu minta perlindungan kepada mereka. (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur'anil Azhim, 4/453).

Kembali ke Jalan Allah yang haq, dienul islam adalah jalan pertama dan terakhir agar terhindar dari dunia perdukunan yang penuh kesesatan dan kebohongan.

(Dikutip dari: Risalah tentang Sihir dan Perdukunan oleh Al Imam Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz, dll)

Read More..

PKI Putih atau Dajjal Ucul

. Sabtu, 05 April 2008
0 komentar

Tidak salah kiranya jika para nenek moyang OI alias Orang Indonesia menggunakan filsafat Bhineka Tunggal Eka sebagai slogan persatuan dan kesatuan serta keutuhan bangsa. Terbukti setelah sekian lama Indonesia berjuang akhirnya merdeka juga, berkat perjuangan para mujahid yang telah rela mengorbankan jiwa dan raganya sampai titik darah penghabisan.

Kami yakin semua itu dilakukan tidak dengan percuma, melainkan dengan satu kesamaan sikap dan cita-cita untuk mewujudkan Indonesia merdeka, dengan mengesampingkan segala perbedaan yang melekat dipundak masing-masing Orang Indonesia. Semua yang ada di dunia ini adalah serba berbeda, dan karena perbedaan itulah dunia ini ada. Kita ada juga karena adanya perbedaan, perbedaan bertemunya sel sperma dan sel telur(ovum) yang kemudian dengan kuasa Allah SWT diproses didalam rahim Ibu. Satu gelas teh bisa dinikmati juga karena adanya tiga unsur senyawa yang berbeda air, gula dan teh.

Mudah-mudahan kita sebagai pengemban amanat khatamannabiyyin Muhammad SAW, bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kejadian dan keanekaragaman yang ada di alam ini. Jangan jadikan perbedaan sebagai jurang pemisah ukuwwah, perbedaan ada karena memang sudah diciptakan. Jangan timbulkan isu permusuhan diantara sesama muslim.

Mari kita duduk bersama dan bercermin, lihatlah !, kita adalah saudara seiman, kita sama-sama muslim, sama-sama makhluk Allah SWT, sama-sama ummat Muhammad SAW dan sama-sama masuk surga....! Amiin..!.

Didunia ini tidak ada kebenaran yang absolut, yang ada adalah keyakinan yang absolut, hingga melahirkan oknum-oknum ummat islam yang berani menghina sesama muslim, meng-kafir-kan ummat islam lain, men-cap sebagai PKI Putih atau Dajjal Ucul, menghujat dan mengotori pakaiannya dengan darah.

Bukankah huruf itu bisa dibaca dan mengandung makna karena berbeda ?!, A sampai Z semua berbeda tidak ada yang sama, apa jadinya jika semua huruf berbentuk A atau B ?!. susah untuk merangkai sebuah kata atau kalimat. Allah SWT yang telah menjadikan semua perbedaan itu, perbedaan yang bermakna dalam menjalin ukuwwah islamiyah.


Oleh : Cakyoud

Read More..

Belaian Kasih Sang Sutradara

. Kamis, 03 April 2008
0 komentar

Beberapa tahun yang lalu sebelum badai krisis moneter melanda negeri ini, kami sempat membeli sebuah rumah di bilangan Candiloka Sidoarjo(hehehe..., kaya' Jakarta aja ada bilangannya). Kami sempat mendiami rumah tersebut selama tiga tahun, meski dua tahun sebelumnya sempat kosong karena jarak antara tempat kerja dengan lokasi hunian yang lumayan jauh.

Tahun-tahun pertama berada di Sidoarjo sangat menyenangkan, sebuah kota kecil dengan ruang tata kota yang bersih dan rapi. Kami sangat menikmati suasana kotanya yang damai, ndak seberapa crowdid kayak Surabaya.

Sesekali kami dikunjungi oleh Orang Tua kami dan family, menyenangkan, penuh dengan pesona alam pedesaan dengan kehangatan kasih sayang dari sanak saudara. Meski demikian kami belum memutuskan untuk mengurus dan membuat ID Card dengan domisili Sidoarjo, karena saat itu perasaan kami memang belum pas aja.

Bersamaan dengan itu rizqy yang kami dapat juga meningkat pesat, Allah SWT telah memberikan income lebih menurut ukuran kami. Karena saat itu juga saya bisa beli dua buah mobil, satu Honda Phantom dan 12 sepeda motor yang kami peruntukkan buat kawan-kawan yang membutuhkannya. Dan ada satu lagi keinginan kami yang belum terwujud, mendirikan sebuah pondok pesantren, meski kedengarannya muluk tapi memang itulah yang terlintas di benak kami saat itu.

Duuh...Gusti...Pengeraning Jagad...!, belum lama berselang dan belum sempat terwujud semua keinginan itu. Kami dihadapkan pada sebuah pilihan yang mengharuskan kami untuk melepas asset rumah kami satu-satunya di Sidoarjo ini. Mau atau tidak, suka atau tidak, kami harus melepasnya, tentu dengan harga yang masih lumayan tinggi saat itu.

Meski dengan perasaan dongkol akhirnya kami kembali ke surabaya, dengan membawa segudang cita-cita dan keinginan yang belum terwujud. Namun siapa sangka selang beberapa tahun setelah kami di Surabaya, terdengar kabar gonjang-ganjing bencana lumpur Lapindo Brantas di Sidoarjo, dan itu terjadi kira-kira 5 km dari rumah kami yang sudah terjual.

Kamipun sempat mendatangi tetangga kami sidoarjo setelahnya, sekalian menanyakan perkembangan lumpur. Benar juga saat kami bertandang ke sana banyak kawan-kawan dan tetangga yang sedih dan mengeluh, karena sekarang rumah mereka sudah tidak diminati orang meski dengan harga yang relatif murah.

Duuh...Gusti Pengeraning Jagad...!, Allah SWT yang maha mengetahui segala urusan manusia, kami bersimpuh dihadapanmu....!. Mohonkan ampun atas segala kekilafan dan dan kesalahan kami, ampuni segala dosa-dosa kami..!, Engkaulah sang Sutradara kehidupan...!, belaian kasih sayangmu baru kami rasakan saat ini. Sungguh tindakan dan rencanamu diluar kuasa manusia. Lahaula wala kuwwata illa billah..!

Oleh : Cakyoud

Read More..

Gundah Hati Mencarimu yaa.....Rabb...!

. Selasa, 01 April 2008
0 komentar

Disaat Ruh dan jiwa sedang berpetualang mencari setetes tegukan kalam yang damai, pengembaraan dimulai, relung-relung hati terbang ke tanah rantau hanya untuk menemukan jawaban yang diinginkan.
Berjuta pertanyaan yang terselip selama ini satu persatu mulai terkuak, ketidak-puasan qalbu mendorong raga terus menapaki perjalanan setapak demi setapak meski tidak terasa sudah ribuan mil dilalui dan kaki terasa melepuh karenanya.

Semakin jauh kaki melangkah semakin kosong dan hampa jiwa terasa, pemahaman dan pengalaman rohani dan ragawi belum mampu menyejukkan dan menemukan kedamaian hati, hanya untuk bersanding di sisi keharibaanmu yaa... Rabbul izzati.

Aku yang sendiri dan tidak sendiri mencari dan mencari, karena kebingungan atas jawaban yang belum menyentuh sang ruh dan jiwa ini. Ksatria Nan gagah si "Penakluk Dunia" tak mampu memuaskan karena perananannya yang islami tapi tidak islami, sang "Maestro Tradisi Cultural" juga ogah-ogahan dan apatis dengan sumber-sumber keislaman yang sejati, sedangkan "Pakar Konseptor Edukasi" yang sudah menguasai separuh jagad ini juga belum sepenuhnya bisa menghancurkan dinding-dinding coral yang menjadi penghalang bagi terbukanya hijab atas dirimu yaa...Rabbul Jalil.

Aku yang sendiri dan tidak sendiri semakin lelah dan semakin jauh, bingung semakin bingung, Sang penghuni Arsy tidak kunjung mendekap di relung hati. Engkau diantara ada dan tiada, antara ya dan tidak, antara A dan Z, antara 0 dan tak terhingga. tidak dan belum ada jawaban.

Lelah akhirnya aku dibuatnya, pasrah dan gelisah namun jiwa sudah payah. Lama juga sudah aku menjauh dari..Mu ya..Rabb, titahmu terabaikan. Ruh dan jiwa ini tak kunjung tersejukkan atas keberadaanmu di jagad raya ini.

Aku yang benar-benar sudah merasa sendiri akhirnya juga tidak sendiri, saat-saat jiwa ini haus belaian dan usapan atas firman-Mu. Engkau muncul dihadapanku, "Sesepuh Tanah Seberang" yang sudah pakar di "Alam Kontra Islami" menuangkan kajian ilmiahnya tentang semua hal yang menjadi pengembaraan atas ruh dan jiwaku yang sudah bertahun-tahun kosong tanpa isi.

Engkau memberi kesejukan dan kedamaian hati dari hal yang bukan menjadi sumber pencarianku, aku yang sendiri dan tidak sendiri kini benar-benar telah tidak sendiri, karena Engkau sang penguasa jagad, Robbul 'Alamiin telah memberikan setetes embun kesejukan dan kedamaian dalam qalbu ini. Dan engkau benar-benar telah hadir di haribaan-ku. Aku yang telah menemukan kedamaian hati dalam Islam.

Oleh : Cakyoud

Read More..

Imam Syafi'i, Wasiat Aqidahnya..!

.
0 komentar

Imam Syafi’i, begitulah orang-orang menyebut dan mengenal nama ini, begitu lekat di dalam hati, setelah nama-nama seperti Khulafaur Rasyidin. Namun sangat disayangkan, orang-orang mengenal Imam Syafi’i hanya dalam kapasitasnya sebagai ahli fiqih. Padahal beliau adalah tokoh dari kalangan umat Islam dengan multi keahlian. Karena itu ketika memasuki Baghdad, beliau dijuluki Nashirul Hadits (pembela hadits). Dan Imam Adz-Dzahabi menjuluki beliau dengan sebutan Nashirus Sunnah (pembela sunnah) dan salah seorang Mujaddid (pembaharu) pada abad kedua hijriyah.

Muhammad bin Ali bin Shabbah Al-Baldani berkata: “Inilah wasiat Imam Syafi’i yang diberikan kepada para sahabatnya, ‘Hendaklah Anda bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Alloh Yang Maha Satu, yang tiada sekutu bagiNya. Dan sesungguhnya Muhammad bin Abdillah adalah hamba dan RasulNya. Kami tidak membedakan para rasul antara satu dengan yang lain. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Alloh Subhanahu wa Ta’ala semata, Tuhan semesta alam yang tiada bersekutu dengan sesuatu pun. Untuk itulah aku diperintah, dan saya termasuk golongan orang yang menyerahkan diri kepadaNya. Sesungguhnya Alloh Subhanahu wa Ta’ala membangkitkan orang dari kubur dan sesungguhnya Surga itu haq, Neraka itu haq, adzab Neraka itu haq, hisab itu haq dan timbangan amal serta jembatan itu haq dan benar adanya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala membalas hambaNya sesuai dengan amal perbuatannya. Di atas keyakinan ini aku hidup dan mati, dan dibangkitkan lagi InsyaAlloh. Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah kalam Alloh Subhanahu wa Ta’ala, bukan makhluk ciptaanNya. Sesungguhnya Alloh Subhanahu wa Ta’ala di hari akhir nanti akan dilihat oleh orang-orang mukmin dengan mata telanjang, jelas, terang tanpa ada suatu penghalang, dan mereka mendengar firmanNya, sedangkan Dia berada di atas ‘Arsy. Sesungguhnya takdir, baik buruknya adalah berasal dari Alloh Yang Maha Perkasa dan Agung. Tidak terjadi sesuatu kecuali apa yang Alloh Subhanahu wa Ta’ala kehendaki dan Dia tetapkan dalam qadha’ qadarNya.

Sesungguhnya sebaik-baik manusia setelah Baginda Rasullulloh shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali radhiallahu’anhum. Aku mencintai dan setia kepada mereka, dan memohonkan ampun bagi mereka, bagi pengikut perang Jamal dan Shiffin, baik yang membunuh maupun yang terbunuh, dan bagi segenap Nabi. Kami setia kepada pemimpin negara Islam (yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah) selama mereka mendirikan sholat. Tidak boleh membangkang serta memberontak mereka dengan senjata. Kekhilafahan (kepemimpinan) berada di tangan orang Quraisy. Dan sesungguhnya setiap yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnya pun diharamkan. Dan nikah mut’ah adalah haram.

Aku berwasiat kepadamu dengan taqwa kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, konsisten dengan sunnah dan atsar dari Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Tinggalkanlah bid’ah dan hawa nafsu. Bertaqwalah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala sejauh yang engkau mampu. Ikutilah shalat Jum’at, jama’ah dan sunnah (Rasullulloh Shallallahu’alaihi wasallam). Berimanlah dan pelajarilah agama ini. Siapa yang mendatangiku di waktu ajalku tiba, maka bimbinglah aku membaca “Laailahaillallah wahdahu lasyarikalahu waanna Muhammadan ‘abduhu warasuluh”.

Di antara yang diriwayatkan Abu Tsaur dan Abu Syu’aib tentang wasiat Imam Syafi’i adalah: “Aku tidak mengkafirkan seseorang dari ahli tauhid dengan sebuah dosa, sekalipun mengerjakan dosa besar, aku serahkan mereka kepada Alloh Azza Wajalla dan kepada takdir serta iradah-Nya, baik atau buruknya, dan keduanya adalah makhluk, diciptakan atas para hamba dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Siapa yang dikehendaki menjadi kafir, kafirlah dia, dan siapa yang dikehendakiNya menjadi mukmin, mukminlah dia. Tetapi Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak ridha dengan keburukan dan kejahatan dan tidak memerintahkan atau menyukainya. Dia memerintahkan ketaatan, mencintai dan meridhainya. Orang yang baik dari umat Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam masuk Surga bukan karena kebaikannya (tetapi karena rahmatNya). Dan orang jahat masuk Neraka bukan karena kejahatannya semata. Dia menciptakan makhluk berdasarkan keinginan dan kehendakNya, maka segala sesuatu dimudahkan bagi orang yang diperuntukkannya, sebagaimana yang terdapat dalam hadits. (Riwayat Al-Bukhari, Muslim dan lainnya).

Aku mengakui hak pendahulu Islam yang sholeh yang dipilih oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala untuk menyertai NabiNya, mengambil keutamaannya. Aku menutup mulut dari apa yang terjadi di antara mereka, pertentangan ataupun peperangan baik besar maupun kecil. Aku mendahulukan Abu Bakar, kemudian Umar kemudian Utsman kemudian Ali radhiallahu ‘anhum. Mereka adalah Khulafaur Rasyidin. Aku ikat hati dan lisanku, bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan, bukan makhluk yang diciptakan. Sedangkan mempermasalahkan lafazh (ucapan seseorang yang melafazhkan Al-Qur’an apakah makhluk atau bukan) adalah bid’ah, begitu pula sikap tawaqquf (diam, tidak mau mengatakan Al-Qur’an itu bukan makhluk, juga tidak mau mengatakan Al-Qur’an itu makhluk”) adalah bid’ah. Iman adalah ucapan dan amalan yang mengalami pasang surut. (Lihat Al-Amru bil Ittiba’, As-Suyuthi, hal. 152-154, tahqiq Mustofa Asyur; Ijtima’ul Juyusyil Islamiyah, Ibnul Qayyim, 165).

Kesimpulan wasiat di atas yaitu:

*

Aqidah Imam Syafi’i adalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah
*

Sumber aqidah Imam Syafi’i adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Beliau pernah mengucapkan: sebuah ucapan seperti apapun tidak akan pasti (tidak diterima) kecuali dengan (dasar) Kitabulloh atau Sunnah RasulNya. Dan setiap yang berbicara tidak berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah, maka ia adalah mengigau (membual, tidak ada artinya). Waallu a’lam. ( Manaqibusy Syafi’i, 1/470&475)
*

Manhaj Imam Syafi’i dalam aqidah menetapkan apa yang ditetapkan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya, dan menolak apa yang ditolak oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya. Karena itu beliau menetapkan sifat istiwa’ (Alloh Subhanahu wa Ta’ala bersemayam di atas), ru’yatul mukminin lirrabbihim (orang mukmin melihat Tuhannya) dan lain sebagainya.
o

Dalam hal sifat-sifat Alloh Subhanahu wa Ta’ala, Imam Syafi’i mengimani makna zhahirnya lafazh tanpa takwil (meniadakan makna tersebut) apalagi ta’thil (membelokkan maknanya). Beliau berkata: “Hadits itu berdasarkan zhahirnya. Dan jika ia mengandung makna lebih dari satu, maka makna yang lebih mirip dengan zhahirnya itu yang lebih utama.” (Al-Mizanul Kubra, 1/60; Ijtima’ul Juyusy, 95).

Imam Syafi’i pernah ditanya tentang sifat-sifat Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang harus diimani, maka beliau menjawab, bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang telah dikabarkan oleh kitabNya dan dijelaskan oleh NabiNya kepada umatnya. Tidak seorang pun boleh menolaknya setelah hujjah (keterangan) sampai kepadanya karena Al-Qur’an turun dengan membawa nama-nama dan sifat-sifat itu.

Maka barangsiapa yang menolaknya setelah tegaknya hujjah, ia adalah kafir. Adapun sebelum tegaknya hujjah, ia adalah ma’dzur (diampuni) karena kebodohannya, sebab hal (nama-nama dan sifat-sifat Alloh Subhanahu wa Ta’ala) itu tidak bisa diketahui dengan akal dan pemikiran. Alloh Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan bahwa Dia memiliki sifat “Yadaini” (dua tangan), dengan firmanNya, yang artinya: “Tetapi kedua tangan Alloh terbuka” (QS: Al-Maidah: 64). Dia memiliki wajah, dengan firmanNya, yang artinya: “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali wajahNya” (QS: Al-Qashash: 88).” (Manaqib Asy-Syafi’i, Baihaqi, 1/412-413; Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah, Al-Lalikai, 2/702; Siyar A’lam An-Nubala’, 10/79-80; Ijtima’ Al-Juyusy Al-Islamiyah, Ibnul Qayyim, 94).
*

Kata-kata “As-Sunnah” dalam ucapan dan wasiat Imam Syafi’i dimaksudkan untuk tiga arti. Pertama, adalah apa saja yang diajarkan dan diamalkan oleh Rasululloh, berarti lawan dari bid’ah. Kedua, adalah aqidah shahihah yang disebut juga tauhid (lawan dari kalam atau ra’yu). Berarti ilmu tauhid adalah bukan ilmu kalam begitu pula sebaliknya. Imam Syafi’i berkata: “Siapa yang mendalami ilmu kalam, maka seakan-akan ia telah menyelam ke dalam samudera ketika ombaknya sedang menggunung”. (Al-Mizanul Kubra, Asy-Sya’rani, 1/60). Ketiga, As-Sunnah dimaksudkan sebagai sinonim dari hadits yaitu apa yang datang dari Rasululloh selain Al-Qur’an.

Ahlus Sunnah disebut juga oleh Imam Syafi’i dengan sebutan Ahlul Hadits. Karena itu beliau juga berwasiat: “Ikutilah Ahlul Hadits, karena mereka adalah manusia yang paling banyak benarnya.” (Al-Adab Asy-Syar’iyah, Ibnu Muflih, 1/231). “Ahli Hadits di setiap zaman adalah bagaikan sahabat Nabi.” (Al-Mizanul Kubra, 1/60)

Di antara Ahlul Hadits yang diperintahkan oleh Imam Syafi’i untuk diikuti adalah Imam Ahmad bin Hanbal, murid Imam Syafi’i sendiri yang menurut Imam Nawawi: “Imam Ahmad adalah imamnya Ashhabul Hadits, imam Ahli Hadits.”

(Sumber Rujukan: Mediamuslim.info, Al-Majmu’, Syarhul Muhazzab; Siar A’lam, 10/5-6; Tadzkiratul Huffazh, 1/361 )

Read More..